Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Saat Mendengarkan Cerita

Diperbarui: 12 Desember 2022   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui bahasa lisan (Tarigan 2008). Menurut Yunus Abidin (2012) menyimak adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif dan apresiatif.

Kemampuan menyimak sangat penting diajarkan kepada anak usia dini untuk masa depannya. Sejak dini anak diajarkan untuk menyimak, misalnya dengan menyimak cerita yang dibacakan. Anak diminta untuk mendengarkan cerita tersebut, dan diminta untuk menyimak agar anak paham akan cerita tersebut, anak dapat menceritakan cerita tersebut dengan bahasa yang sederhana dan mengetahui pesan moral dari cerita tersebut.

Menurut Hijriyah (2016) faktor yang mempengaruhi dalam menyimak ada dua yaitu faktor siswa dan faktor guru.  Faktor Siswa: Siswa kurang antusias dalam pembelajaran menyimak karena materi yang disampaikan dianggap sulit untuk dipahami, tingkat pemahaman, konsentrasi, dan daya analisis siswa yang masih relatif rendah, siswa tidak terbiasa menyimak informasi, dan siswa menganggap pembelajaran menyimak tidak penting. 

Faktor guru: Kurangnya kreativitas guru dalam menyajikan dan mengembangkan materi pembelajaran menyimak, guru masih bertindak sebagai sumber utama pemberi informasi tanpa mengajak siswa untuk berusaha mencari informasi sendiri.

Kurangnya anak menyimak saat mendengarkan cerita, bisa disebabkan karena media yang digunakan saat bercerita kurang menarik dan cerita yang dibacakan terlalu panjang. Adapun media yang dapat digunakan dalam bercerita agar anak lebih menarik untuk menyimak yaitu media boneka tangan, buku cerita bergambar, media audio visual, big book, dan wayang kertas.

Media boneka tangan adalah boneka dijadikan sebagai media atau alat bantu yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, yang ukurannya lebih besar dari boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan (Gunarti 2010). Menurut Rothlein dan Meinbach (1991) buku cerita bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar yang biasanya ditujukan kepada anak-anak.

Media Audio Visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya (Wina Sanjaya 2014). Menurut Madyawati (2016) media big book adalah buku bergambar yang dipilih untuk diperbesarkan, yang memiliki karakteristik yang khusus yaitu adanya pembesaran teks maupun gambar. Media wayang kertas adalah salah satu contoh media pembelajaran dua dimensi yang termasuk dalam kategori media tradisional yang berbentuk media visual karena bentuknya merupakan gambar atau foto sebagai wujud tokoh wayang (Qurrotaini 2017).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline