Pada dasarnya setiap siswa memiliki kecerdasan dan gaya belajar yang berbeda-beda dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Kecerdasan siswa yang berbeda sendiri biasa disebut dengan kecerdasan majemuk, yakni; kecerdasan linguistik, logika matematika, visual spasial, kinestetik, musik, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensi. Sedangkan gaya belajar siswa sendiri ada beberapa jenis meliputi gaya belajar kinestetik, visual, audio, dan audio visual. Sehingga hal ini seharusnya menjadi pedoman bagi pendidik untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan dan gaya belajar masing-masing siswa.
Namun pada kenyataannya masih banyak pendidik yang belum memahami akan keberagaman siswa tersebut, sehingga pembelajaran yang disiapkan belum bervariasi dan berdiferensiasi atau sesuai dengan gaya belajar siswa dan kecerdasan majemuk yang dimiliki. Begitu pula dengan orangtua yang belum sadar akan hal tersebut, sehingga banyak orangtua yang pada akhirnya membanding-bandingkan pencapaian kemampuan dan perkembangan satu anak dengan anak yang lain.
Kondisi tersebut berakibat pada proses pembelajaran yang dilakukan. Pendidik dituntut untuk mempunyai strategi yang bervariasi agar bisa memberikan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa dan kecerdasan yang dimiliki sehingga bisa mengakomodir kebutuhan masing-masing siswa yaitu dengan memberikan pembelajaran yang berdiferensiasi. Namun tidak semua pendidik memiliki kecakapan dan kemampuan yang sama untuk menyiapkan pembelajaran yang bervariasi. Hal tersebut menjadi kendala dalam memberikan pembelajaran berdiferensiasi yang bisa memunculkan ide anak.
Untuk menghadapi berbagai tantangan dan masalah pembelajaran tersebut penulis menerapkan strategi "IDE" (Inisiasi, Dampingi, dan Evaluasi), sebagai berikut :
1. Inisiasi (I)
Inisiasi adalah tahapan pengenalan awal. Pendidik menghadirkan sumber belajar langsung maupun sumber belajar tidak langsung berupa benda nyata, video, gambar, buku cerita, mendatangkan narasumber atau mengajak anak untuk datang langsung ke suatu tempat sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendidik tidak membatasi siswa untuk memperluas ide meskipun di luar dari topik bahasan awal yang telah disiapkan oleh pendidik.
Pada tahapan Inisiasi ini selain mendatangkan sumber belajar sebagai pemantik ide awal anak, pendidik juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk merencanakan proyek yang akan dibuat berdasarkan ide dan minat masing-masing yang dituangkan dalam sebuah rancangan proyek. Proyek yang dibuat bisa berupa proyek individu maupun kelompok sesuai ide masing-masing siswa. Ketika membuat rancangan proyek, pendidik memberikan pendampingan sesuai kebutuhan masing-masing siswa atau kelompok. Begitulah pembelajaran berdiferensiasi mulai terlihat pada tahapan inisiasi yaitu dengan memberikan keleluasaan pada siswa untuk memperluas ide yang dimiliki dengan sumber belajar dan merencanakan proyek yang akan dibuat
2. Dampingi (D)
Dampingi adalah proses pendampingan yang dilakukan oleh pendidik ketika siswa sedang melakukan proses membuat proyek. Selain pendampingan, pendidik juga melakukan observasi untuk melihat perkembangan masing-masing siswa.
Pada tahap ini, pendidik memberikan pendampingan sesuai kebutuhan masing-masing siswa untuk merealisasikan proyeknya. Selain itu, pendidik juga memfasilitasi siswa yang membutuhkan sumber belajar untuk mendukung atau memantik idenya dalam merealisasikan proyek.
Begitulah pembelajaran berdiferensiasi terlihat pada tahap Dampingi yaitu dengan memberi keleluasaan kepada siswa untuk membuat proyek sesuai idenya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari sumber belajar sesuai kebutuhannya untuk memantik ide proyek.