Lihat ke Halaman Asli

a ida nurfaidanur

mahasiswa pascasarjana universitas pertahanan RI

Analisis Jenis Komunikasi Sosok Presiden Soeharto dalam Masa Kepemimpinannya

Diperbarui: 9 Juli 2023   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemimpin sebagai pembuat keputusan strategis mengacu pada peran merumuskan, mengembangkan, dan menerapkan strategi untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin yang efektif memiliki kemampuan untuk melihat gambaran besar, menganalisis lingkungan dan kondisi yang ada, mengidentifikasi peluang dan tantangan, serta merumuskan langkah strategis yang tepat.

Kemampuan seorang pemimpin dalam menganalisis lingkungan yaitu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi kinerja organisasi. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan, sehingga pemimpin dapat mengembangkan strategi yang efektif. Kemudian Berdasarkan analisis lingkungan, pemimpin harus mampu merumuskan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi harus mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan keunggulan kompetitif serta menetapkan prioritas. Setelah strategi dibuat, pemimpin mengkomunikasikan strategi dengan jelas kepada semua anggota tim dan memastikan bahwa mereka memahami dan mendukungnya.

Sebagai faktor strategis, seorang pemimpin yang efektif dapat memberikan arah yang jelas, mengoptimalkan sumber daya, menghadapi tantangan dan mencapai hasil yang diinginkan bagi organisasi atau kelompok yang dipimpinnya. Presiden Suharto dalam hal ini berhasil merumuskan dan melaksanakan strategi pembangunan ekonomi nasional yang dikenal dengan "Pembangunan Lima Tahun" atau "Revolusi Hijau". Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mengembangkan sektor industri dan pertanian di Indonesia. 

Melalui program pembangunan ekonomi terencana, Soeharto membawa perubahan ekonomi yang signifikan dan mendorong kemajuan Indonesia sebagai negara berkembang.

Sensemaker dalam kepemimpinan mengacu pada kemampuan seorang pemimpin untuk memahami dan memahami situasi yang kompleks, tidak jelas atau ambigu. Pemimpin yang terinformasi dapat menganalisis informasi yang tidak terstruktur, memahami hubungan sebab akibat, dan menarik kesimpulan yang dapat membantu mereka membuat keputusan yang tepat. Dalam situasi yang kompleks atau ambigu, pemimpin dengan sensemaker dapat mengumpulkan, mengatur, dan menganalisis informasi yang tidak terstruktur. 

Dengan cara mencari pola, mengidentifikasi fakta yang relevan, dan memahami implikasi dari pengetahuan yang ada. Selanjutnya, pemimpin tahu bagaimana menjelaskan dan mengkomunikasikan arti situasi kepada anggota tim atau organisasi. Dengan menyampaikan makna yang jelas dapat membantu orang lain lebih memahami dan menghadapi situasi.

Seperti pemikir, pemimpin peka terhadap ketidakpastian. Pemimpin tidak terjebak dalam pemikiran linier atau ekspektasi yang tidak realistis, tetapi dapat menghadapi ketidakpastian dengan keterbukaan, fleksibilitas, dan kemampuan beradaptasi. 

Dengan memahami konteks, menganalisis informasi yang ambigu, dan menciptakan makna, manajer dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan meminimalkan risiko. Seorang pemimpin sensemaker membantu mengklarifikasi kompleksitas, memberikan arahan yang jelas, dan membantu anggota tim atau organisasi lebih memahami dan menanggapi situasi. Pemimpin mampu beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi tantangan yang kompleks dengan sikap terbuka dan cerdas.

Sebagai seorang pemikir, Soeharto berperan penting dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia dan memperkuat nilai-nilai Pancasila sebagai dasar ideologi negara. Soeharto berhasil mengintegrasikan kelompok etnis, agama, dan budaya Indonesia yang beragam menjadi satu kesatuan nasional yang kuat melalui program-program seperti "reunifikasi". Dia juga menyerukan konsolidasi kekuatan politik dan perlakuan terhadap keragaman sosial di negara tersebut. Namun, dalam faktor culture maker, pengaruh Soeharto terbatas. 

Meskipun ia mencoba untuk mengontrol media dan budaya populer selama pemerintahannya, kebebasan berbicara dan berekspresi dibatasi, hal ini mencegah perkembangan budaya yang mandiri dan inovatif. Maka dapat dikatakan bahwa Suharto berperan penting sebagai ahli strategi dan pemikir dalam sejarah Indonesia, namun pengaruhnya sebagai tokoh budaya atau culture maker dibatasi dan dikendalikan oleh kebijakan politiknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline