Lihat ke Halaman Asli

Icuk Prayogi

R A H A S I A

Pengantarnya Pengantar Linguistik

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

statistics for vBulletin

Tulisan ini adalah tentang apa itu "linguistik" secara sederhana saja. Sengaja saya tulis untuk sekadar berbagi tentang pengetahuan ilmu ini secara singkat saja. :) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Di sekolah kita sudah diajari untuk mengenal dan mempraktikkan bahasa Indonesia (atau bahasa lain) dengan baik dan benar. Sebagai contoh, kita disuruh mengenali jenis-jenis imbuhan dan kalimat, membaca dengan intonasi yang benar, mengarang tulisan, menghafal macam-macam majas, memakai imbuhan yang betul, menerapkan aturan EYD, dan semua kata yang dipakai mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Memang benar, yang dipelajari adalah bahasa. Tapi, itu semua tidak dapat disebut sebagai ilmu bahasa, melainkan pengetahuan dan ketrampilan berbahasa. Yang disebut dengan "Ilmu bahasa" adalah linguistik (linguistics, bukan linguistic). Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Bisa disebut ilmu karena mendasarkan diri pada fakta yang bersifat empiris, dengan objeknya yakni bahasa. Adapun pengertian "bahasa" di sini bukanlah bahasa dalam arti kias, misalnya bahasa tari, bahasa alam, bahasa tubuh, bahasa lebah, atau bahasa planet. Yang dimaksud bahasa adalah seperangkat aturan dan sistem yang diucapkan atau dituliskan manusia sebagai alat komunikasi. Ada yang dinamakan bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Portugis, dan lain sebagainya. Bahasa ini dibentuk berdasarkan konvensi antarmanusia tanpa direncanakan, dan pada perkembangan selanjutnya  diberi nama dan distandarkan, juga kadang dibentuk. Nah, dalam linguistik objek kajian primernya adalah tuturan dan objek sekundernya tulisan. Mengapa demikian? Pada dasarnya semua tulisan berangkat dari tuturan. Secara struktural, tuturan dibagi berdasarkan tiga bidang, yakni (1) fonologi yang mempelajari satuan-satuan fonem dan regulasinya, (2) morfologi yang mempelajari morfem (dan kata), serta (3) sintaksis yang mempelajari konstituen-konstituen yang berperan membentuk struktur dan sistem pada frase dan klausa, untuk selanjutnya membentuk kalimat. Kesemuanya mempelajari struktur pada tataran formal, belum masuk ke arti atau makna. Arti adalah makna umum, semisal makna dalam kamus. Ada yang bilang arti = arti leksikal/makna leksikal. Ada juga yang dinamakan makna, makna berkaitan dengan kegramatikalan. Lebih lanjut, orang bilang makna itu apabila sudah masuk ke konteks tuturan. Arti dipelajari dalam Semantik.  Makna dipelajari baik morfologi, sintaksis, maupun pragmatik. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari suatu ujaran (bedakan dengan tuturan), artinya makna dalam pragmatik baru didapatkan setelah masuk ke ujaran yang sesungguhnya, yakni dalam situasi tutur, sehingga makna dalam pragmatik dinamakan "maksud". Dalam situasi tutur, perlu dipertimbangkan konteks sosiolingual. Karena dalam ujaran aspek sosiolingual begitu diperhatikan, lahirlah ilmu yang disebut sosiolilnguistik. ----agak ribet ya?--- :p Ada beberapa hal mendasar yang diperhatikan dalam linguistik, yakni (1) mengapa manusia bisa berbahasa, (2) apa saja perangkat bahasa, (3) bagaimanakah aturan atau sistem dalam bahasa. (Karena keterbatasan ruang dan waktu, lain kali saja dibahas.) Adapun tujuan dari penelitian bahasa bermacam-macam: (1) mendeskripsikan aturan dan atau sistem dari suatu bahasa (2) mencari kaidah bahasa universal (3) mencari tahu bagaimana bahasa manusia pada masa lampau serta perubahan-perubahan linguistisnya (4) mencari korelasi antara bahasa dengan ilmu lain, misalnya antropologi, sosiologi, psikologi, biologi, sejarah, arkeologi, dan lain-lain. (5) membuat standarisasi kebahasaan dari suatu bahasa. Dari berbagai tujuan linguistik, hanya poin ke lima yang ada hubungan langsung dengan kebakuan bahasa. Poin yang ke empat agak berhubungan dengan kepraktisan, sedangkan tiga poin yang pertama sama sekali tidak berhubungan dengan kebakuan dan kepraktisan. Adapun yang umumnya diajarkan di sekolah dan disarankan untuk dipakai di masyarakat adalah hasil dari penelitian poin ke lima. Berdasarkan kepentingannya, ada dua macam "linguis" (sebutan untuk peneliti bahasa), yakni linguis preskriptif dan linguis deskriptivis. Linguis preskriptif mengurusi tatabahasa baku, menganalisis dan menyarankan tentang bahasa yang benar-salah, membuat aturan kebakuan, dan menyusun kamus baku. Guru, editor, dan siswa peneliti bahasa secara preskriptif ini disebut linguis preskriptif . Sementara itu, linguis deskriptivis umumnya mengurusi deskripsi bahasa, menerangkan pertanyaan "bagaimana dan "mengapa", serta mencari kekerabatan bahasa. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Meneliti bahasa sungguh mengasyikkan bagi saya. Fenomena-fenomena kebahasaan merupakan sajian lezat. Tapi terkadang juga menyiksa tatkala tidak semua mengerti apa yang saya tuliskan. Seorang dosen sastra senior pernah bilang, linguistik itu eksklusif karena sulit dipahami. Hmmm benar sih, tapi kalau sudah paham, rasanya kok menyenangkan. Karena itu, sekadar curhat: dulu pada tahun keempat saya kuliah S1, saya nekad banting setir dari sastra ke linguistik. Setelah itu, beralih dari pandangan preskriptif ke deskriptif. Agak mengherankan sih, mengapa linguistik tidak berdiri sendiri sebagai sebuah "jurusan" yang mandiri di jenjang S1. Salam.... :) View My Stats

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline