Lihat ke Halaman Asli

Moch IchwanPersada

Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

Intervensi Cinta di Batas Lintas Negara

Diperbarui: 17 Januari 2023   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IMDb

Intervensi Cinta Di Batas Lintas Negara

Cinta tak kenal tempat, tak kenal wajah, dan karakter orang--orang yang diberkahinya. Cinta bisa terjadi di mana saja, tak peduli betapapun sulitnya bertemu. Lihatlah kisah absurd percintaan dua orang manusia dalam "Divine Intervention". Sebuah kisah yang 'aneh', 'tak lazim', 'surreal' dan entah apa lagi pilihan kata yang pantas disematkan padanya

"Divine Intervention" memperlihatkan ritme perfilman Arab yang terbilang lamban untuk ukuran film mainstream, namun punya daya tarik luar biasa dahsyat. Lamban akibat gaya bertutur, di tempat lain dahsyat berkat kekuatan ide dan kehebatan menggambarkannya secara persis. Disini dikisahkan seorang pria Palestina yang tinggal di Yerusalem dan seorang perempuan Palestina yang tinggal di Ramalllah. Bukan kebangsaan mereka yang menjadi persoalan, tapi tempat tinggal mereka.

Di negara yang tak mengalami persoalan, mungkin jadwal pertemuan tak akan jadi masalah. Akan tetapi hubungan mereka bersemai di dua negara berkonflik. Jadinya kisah cinta mereka terjalin sedemikian unik. Pertemuan keduanya berlangsung di lintas batas dua negara yang sedang bermusuhan. Saat mata sedang menelusuri jejeran polisi memeriksa orang--orang yang akan melakukan perjalanan, keduanya beradu pandang. Di sebuah mobil modern yang cukup nyaman, mereka melampiaskan hasrat bertemu. 

Tidak dengan cara bercinta nan menggebu, hasrat mereka 'terlepaskan' hanya dengan sekedar berpegangan tangan. Tak lebih. Dan semuanya digambarkan Elia Suleiman dengan syahdu, dilatari musik menambah romantik kesan pertemuan keduanya.

Dan harus diakui, Suleiman seorang sineas dengan ide yang terhitung liar. Di tengah kisah asmara dan rutinitas sang pria menjenguk ayahnya di rumah sakit, ia masih menyelipkan berbagai kritik sosial dengan caranya sendiri. Antara lain dengan simbolisasi balon. Ya, balon! Bukan cuma itu, Suleiman dengan jahil menyelipkan adegan fantastis ala film--film action Hollywood lengkap desingan peluru, aksi melayang di udara, ledakan maha dahsyat plus superhero wanita. Rasanya takjub saja menyaksikan 'kenakalannya' ini. Aneh bin ajaib !

"Divine Intervention" memang boleh dimasukkan ke dalam genre komedi yang surreal. Jadinya, tak perlu khawatir jika sehabis menyaksikan film ini, anda masih tak bisa menangkap pesan moral, atau yang lebih parah, memahami jalan ceritanya. Banyak orang rasanya juga akan sulit menikmati film ini tanpa kening berkerut. Bisa karena tak biasa memirsa tayangan sinematik ala Timur Tengah atau karena memang susah untuk dimengerti apa ingin Elia Suleiman di film ini. Yang bisa dikenang hanyalah cinta tak layak diintervensi, bahkan di tengah suasana perang. Bukankah demikian?

*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.


Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline