Tahun 2021. Dunia terasa gelap bagi saya. Dan saya pun mulai berkenalan dengan depresi.
Pandemi mengubah banyak hal, juga mendatangkan beberapa hal yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Salah satunya adalah depresi yang menjangkiti banyak orang selama periode ini termasuk saya.
Saya menyembunyikan kenyataan bahwa saya mengalami depresi selama beberapa waktu. Saya memang tak terbiasa membicarakan masalah yang menimpa saya dengan siapapun. Tapi depresi adalah masalah yang jauh berbeda dan mengakuinya adalah bagian dari berdamai dengannya.
Tak ada seorangpun yang ingin mengalami episode depresi. Merasa hidup tak berguna. Merasa hidup tak lagi menyenangkan. Dan merasa hidup akhirnya sudah selesai. Saya merasakan semua tahapan itu dan akhirnya mengakuinya secara terbuka. Bahwa saya butuh pertolongan untuk melanjutkan hidup saya.
Otto juga membutuhkan itu. Hidup dirasakannya sudah selesai ketika maut menjemput Sonya, istrinya tercinta. Ia tak punya alasan lagi untuk melanjutkan hidupnya terlebih ketika ia mengalami pemutusan hubungan kerja. Dan setelahnya ia merasa perlu menyusul Sonya secepatnya. Dengan berbagai cara yang terpikirkan olehnya.
Tapi malaikat maut sedang bermain-main dengan Otto. Beberapa kali ia mencoba mengakhiri hidupnya dan selalu gagal. Pertama kali ia mencoba menggantung diri dengan seutas tali, eeh ternyata tali itu tak mampu menahan beban tubuhnya. Ia lantas mencoba meracuni dirinya di dalam mobilnya namun juga berjalan tak sukses. Dan terakhir ia mencoba menembak dirinya sendiri dengan senapan dan lagi-lagi ia gagal.
Tapi hidup di sekeliling Otto ternyata terus berjalan. Tiba-tiba saja pasangan Tommy dan Marisol dengan dua anak perempuannya yang lucu masuk ke kehidupannya. Tiba-tiba saja tetangga yang pernah menjadi sahabat baginya dan Sonya butuh pertolongannya. Dan Otto tersadar. Ia terlalu lama berkubang dalam lumpur duka. Ia butuh bangkit dan ia segera bangkit dari keterpurukannya.
Di suatu masa, mungkin kita adalah Otto. Yang merasa tak bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu yang mengungkung. Dan kadang terasa memenjarakan. Di suatu ketika, mungkin kita adalah Marisol. Yang bisa melihat kebaikan hati seseorang yang hampir selalu menggerutu sepanjang waktu. Di suatu waktu, mungkin kita adalah Malcolm. Yang tahu kapan harus berhenti untuk mencoba tangguh dan tak sungkan meminta pertolongan.
Dan kemanusiaan lah yang akhirnya membuat kita menjadi manusia seutuhnya. Kita adalah Otto yang tak bisa tinggal diam melihat Marisol yang tak kunjung bisa menyetir. Kita adalah Marisol yang tak bisa menyembunyikan kekhawatiran ketika melihat Otto mengunci dirinya di dalam rumah. Kita adalah Malcolm yang tahu cara membalas budi yang menerima dirinya seutuhnya.