Lihat ke Halaman Asli

Moch IchwanPersada

Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

Menantang Rasa Nyaman Dalam Diri

Diperbarui: 16 Januari 2023   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IMDb

Menantang Rasa Nyaman Dalam Diri

Kehadiran "Thirteen" (Catherine Hardwicke, 2003) sempat menyentakkan penonton bahwa ada problematika mendasar dari remaja yang selama ini urung terungkap di layar besar. 

Dan problematika itu menjadi mengerikan ketika dipaparkan dengan gamblang di depan mata kita. Thirteen memang seperti menyempil dari film remaja kebanyakan yang hanya menyorot masalah remeh-temeh dan dikemas dengan tone ceria.

Masa remaja sesungguhnya adalah masa paling kompleks dalam fase kehidupan yang kita lalui. Karena disitulah pertemuan antara masa kecil menuju jenjang kedewasaan. Ada berbagai problematika terhampar disana. 

Dari isu paling simpel, seperti jatuh cinta untuk pertama kalinya, hingga yang paling mendasar (dan sesungguhnya menjadi salah satu yang terpenting) adalah persoalan pencarian jati diri. Mungkin klise kedengarannya, namun jika kembali me-rewind episode hidup yang sudah dilalui, rasanya hal itu terasa wajar, juga alamiah.

Dalam "Dare" sekali lagi isu itu diangkat, namun kali ini terasa lebih kompleks karena ada bumbu homoseksualitas. Film bertutur dari sudut pandang Johnny (Zach Gilford) yang seperti punya segalanya (ganteng dan punya orang tua kaya). Padahal Johnny sebenarnya sosok pemuda kesepian. Maka ia membentengi dirinya dengan sikap yang diperlihatkan pemuda kebanyakan: mencoba memberontak terhadap apapun. Ia dicap sebagai pembuat onar di sekolah dan nyaris tak punya teman akrab.

Di kutub yang berseberangan ada Ben (Ashley Springer). Ben digambarkan seperti tipikal pemuda kikuk dan manis. Jika Johnny dikenal karena gemar berbuat onar, maka Ben direkognisi teman-temannya sebagai pemuda yang aneh. Jika dilihat lebih jauh, sesungguhnya Ben adalah 'alternate version' dari Johnny. Paling tidak terlihat jelas kesamaan keduanya: sama--sama kesepian.


Yang membuat Ben menang satu poin dari Johnny adalah ia punya sahabat sejak kecil, Alexa (Emmy Rossum). Berkat kegiatan ekskul drama, Johnny berkenalan dengan Alexa. Lantas keduanya pun jatuh cinta. Di tengah hubungan panas membara itulah menyelinap Ben. Suatu ketika, di kolam renang di rumah Johnny, Ben nekat mencumbu kekasih sahabatnya itu. Namun Johnny tak melakukan perlawanan apapun.

Spirit yang sesungguhnya diusung "Dare" adalah keberanian menantang rasa nyaman dalam diri. Hal itu diperlihatkan Alexa yang mencoba keluar dari 'kenormalan'-nya sebagai gadis baik-baik. Sayangnya spirit itu tak dipelihara utuh dalam cerita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline