Claudia, Jasmine Dan Masa Lalu Itu
Genre komedi romantis terbilang 'mainan' baru di perfilman Indonesia kontemporer. Belum banyak sineas yang mengulik genre yang di luar sana melambungkan nama-nama seperti Meg Ryan, Julia Roberts, hingga Sandra Bullock ini. Entah apa alasannya, padahal genre ini terbilang cukup menarik untuk diulas, biasanya gampang dikonsumsi penonton karena disajikan dengan cair dan sebenarnya sudah ada semacam formula baku untuknya.
Claudia/Jasmine hadir menggunakan formula itu. Film yang ditulis sekaligus disutradarai Awi Suryadi ini kental sekali dengan ciri khas rom-com Amerika. Namun Awi menolak untuk mengikuti formula itu mentah-mentah. Malah ia mencoba memberikan alternatif lain dengan menuturkan film ini secara paralel.
Ya, sesuai judulnya, film ini mengikuti kehidupan Claudia (Kirana Larasati) dan Jasmine (Kinaryosih). Dibuka dengan adegan kocak yang secara efektif memperkenalkan kedua tokoh utama tersebut, film ini selanjutnya berkisah dengan lancar. Awi menceritakan kehidupan Claudia dan Jasmine secara berselang-seling, tapi jangan khawatir tak akan membuat penonton bingung.
Dengan skenario ketat bertebaran dialog yang mampu membuat kita tersenyum simpul, tertawa terbahak-bahak hingga merasa tertampar, "Claudia/Jasmine" membuat kita betah menonton hingga usai. Rupanya Awi terbilang seorang pengamat kehidupan yang baik. Mungkin lebih tepatnya pengamat soal hubungan yang cemerlang. Dengan nyinyir ia membongkar kelemahan demi kelemahan dari laki-laki dan perempuan. Dengarlah lontaran dialog dari para karakter wanitanya. "Cuma ada 2 tipe laki-laki di dunia ini, yaitu bajingan ama banci". Atau "laki-laki itu kayak anjing, sayangnya kita perempuan emang penyayang anjing". Awi yang laki-laki juga mengkritik tingkah laku perempuan. Coba ingat-ingat dialog ketika Jerry bertemu sahabat Jasmine di taman. "Kalo perempuan bilang gak mau, berarti dia sebenarnya mau. Kalo dia pura-pura pergi, dia berharap loe ngejar". Dan Jerry pun bilang "apa susahnya bilang mau kalo iya sih?".
Sayang memang mutiara semengkilap "Claudia/Jasmine" lewat begitu saja ketika beredar di bioskop. Padahal film ini bisa menjadi penanda hadirnya (secara literal) genre komedi romantis yang dituturkan dengan baik di sinema tanah air. Juga menjadi tonggak bagi lahirnya seorang sineas muda berbakat seperti Awi Suryadi.
*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.
Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H