Lihat ke Halaman Asli

Ichwan

Mahasiswa

Budaya Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng

Diperbarui: 23 Desember 2024   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

seputar cibubur-pikiran rakyat

 Antropologi Budaya Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng


Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Ritual ini mencerminkan rasa syukur atas hasil bumi dan permohonan perlindungan dari marabahaya. Meskipun masyarakat Pondok Ranggon kini semakin modern dan rasional, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka.

Ritual Hajat Bumi Kramat Ganceng sarat dengan simbol-simbol yang merepresentasikan nilai dan kepercayaan masyarakat setempat. Dengan menggunakan konsep penafsiran simbol dari makna eksplanatif, operasional, dan posisional dapat dipahami bahwa setiap elemen dalam ritual ini memiliki arti khusus yang memperkuat sosial dan identitas budaya komunitas Pondok Ranggon.

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran makna dalam pelaksanaan tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng. Dahulu, tradisi ini dilaksanakan dengan keyakinan bahwa jika tidak dilakukan, akan mendatangkan bencana. Namun, saat ini, tradisi tersebut lebih dipandang sebagai upaya pelestarian budaya Betawi dan sarana mempererat hubungan sosial antarwarga.

Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng berfungsi sebagai media komunikasi antarbudaya dalam masyarakat urban. tradisi ini memainkan peran penting dalam menjaga kearifan lokal dan memperkuat identitas budaya di tengah arus modernisasi.

Dalam pelaksanaannya, ritual ini melibatkan berbagai kegiatan, seperti "ngarak sesaji" atau arak-arakan hasil bumi, yang merupakan simbol rasa syukur dan harapan akan kesejahteraan. Kegiatan ini juga menjadi ajang pelestarian budaya yang sudah langka dan memperkaya khazanah budaya Betawi.

Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng merupakan contoh nyata bagaimana masyarakat urban tetap mempertahankan dan memaknai ulang tradisi leluhur mereka. Melalui perspektif antropologi budaya, tradisi ini tidak hanya dilihat sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai sarana memperkuat identitas, kohesi sosial, dan pelestarian kearifan lokal di tengah dinamika perubahan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline