Punya rumah itu tidak mudah, butuh banyak uang, ratusan juta pula. Belum lagi “ribet” prosesnya. Begitu kurang lebih gambaran banyak orang khususnya MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) sebelum mengenal SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan).
Ketakutan-ketakutan itu lumrah. Maklum, harga rumah tak semurah kacang goreng yang jika salah beli pun tak sebegitu rugi. Jika ditotal bisa sampai ratusan juta rupiah.
Itulah yang sering membuat MBR merasa minder dan tak yakin bisa punya rumah sendiri. Jika sudah begini, MBR khususnya yang sudah berkeluarga tidak punya banyak opsi. Ada yang memilih tinggal di pondok mertua. Ada pula yang memilih sewa rumah yang istilah lainnya “ngontrak”.
Mau “ngontrak” atau tinggal di pondok mertua, sama-sama tak senyaman punya rumah sendiri. Bayangkan, yang tinggal di pondok mertua harus terbatas kebebasannya. Seni-seni mengelola rumah tangganya seolah dibayang-bayangi pantauan mata mertua. Ibaratnya, gerak-gerik seperti diawasi.
Yang memilih “ngontrak” beda cerita. Meski terbebas dari pantauan mertua, tapi tak punya kebebasan bereksplorasi dengan aktivitas desain-mendesain rumah sesuka hati. Belum lagi kalau kontrakan dipindahtangankan si empunya rumah kepada pengontrak lain yang berani bayar lebih mahal. Repot, bukan.
Dilema itu mau tidak mau harus dihadapi oleh MBR yang memimpikan rumah sendiri tapi masih dibayang-bayangi harga rumah yang mahal. Padahal sebenarnya Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) melalui PPDPP (Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan) telah mengeluarkan kebijakan rumah subsidi. Sebuah rumah dengan harga yang lebih murah tapi tetap berkualitas dan layak huni, yang bahkan bisa didapatkan hanya dengan genggaman tangan melalui aplikasi SiKasep. Tentang bagimana caranya, mari simak sebuah cerita yang saya kutip dari laman ppdpp.id.
Danny namanya. Seorang pegawai sebuah penerbitan. Enam tahun lamanya ia berumah tangga, tetapi selama itu pula ia belum memiliki rumah sendiri. Ia dan keluarga kecilnya hidup seatap bersama orang tua sang istri.
Ikhtiarnya bersama sang istri untuk keluar dari zona nyaman bukan perkara mudah. Keduanya harus rajin menyisihkan gaji masing-masing demi menabung untuk membeli rumah.
Danny mengaku, selain survei harga rumah yang terjangkau, bersama istri juga ikut melakukan survei dan membandingkan sejumlah bank yang menyediakan KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Tak peduli lelah, tak peduli berpeluh keringat. Cara konvensional ini ia lakukan dengan sang istri demi mendapatkan rumah idaman.
Semula, ia sempat ke sebuah bank swasta. Namun syarat dan skema pembiayaannya terbilang rumit dan berat. Akhirnya ia mundur.
Setelah menyerap pengalaman dari teman-temannya dan menggali berbagai informasi di internet, akhirnya ia mengunduh aplikasi SiKasep.