Lihat ke Halaman Asli

Pengorbanan: Refleksi Cinta yang Tinggi

Diperbarui: 29 September 2022   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Pada dasarnya, pemberian dan pengorbanan adalah dua unsur yang hampir mirip, dengan kata lain perbedaannya terletak di nilai yang di berikan al hasil pengorbanan mempunyai nilai tukar yang lebih tinggi dari hanya sebatas memberi, sebab pengorbanan memerlukan kelapangan hati dan keikhlasan yang amat sangat dipupuk, sebagai analaogi saya akan mengambarkan situasi pada ketika Mencintai seseorang, ada kebutuhan dalam diri kita untuk menyampaikan rasa cinta dan membahagiakan mereka. 

Seorang ibu membelikan mainan untuk anaknya, seorang teman memberikan bantuan pada temannya, seorang anak menciptakan puisi untuk ayahnya, dan lain sebagainya. segala upaya itu adalah sebuah pemberian. Pemberian terhadap orang yang kita cintai dan terhadap diri sendiri. Kita memberi sesuatu yang dapat membahagiakan orang lain, dan kita memberi kesempatan pada diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan mencintai. Namun, apabila seorang ibu memberi mainan untuk anaknya dengan uang yang seharusnya digunakan untuk berobat, maka tindakan memberi itu menjadi sebuah pengorbanan Memberi dan mengorbankan merupakan bentuk dari ekspresi cinta yang diyakini dapat mengantarkan kita ke level cinta yang lebih tinggi.

Jika mengacu pada analogi tadi, jelaslah pengorbanan seseorang untuk seseorang akan lebih mempunyai nilai tinggi sebab karena pilihan dia yang lebih mementingkan sesuatu yang justru ia pula membutuhkan nya, bahkan ia pula bisa saja tidak memberikannya dengan alasan kebutuhan yang mungkin alasan tersebut dapat di maklumi. Akan tetapi ia memilih berkorban, itulah refleksi cinta yang tinggi. 

Sebagaimana dijabarkan sebelumnya, sebuah pengorbanan pastinya disertai motif yang melatar belakanginya. Teori behavioristik akan memaknai pengorbanan ini dengan formula sederhana perilaku diperkuat oleh konsekuensi positif. 

Namun, bila ditelurusi lebih jauh, konsekuensi positif tidak segera diterima setelah kita berkorban. Tidak ada bukti konsekuensi positif yang kita terima secara fisik setelah berkurban. Hal ini menunjukkan adanya motif lain yang menyertai pengorbanan kita, sebuah latar belakang keyakinan yang kita pegang. Latar belakang ini membuat pengorbanan yang kita lakukan berbuah ketenangan, kepuasan diri, dan kenyamanan dalam diri setelah melakukannya.

Disetiap jaman selalu mewarisi kisah-kisah pengorbanan cinta sepasang kekasih, dari adam dan hawa, rama dan shinta, laila dan qays, sampai pada romeo dan juliet. Tapi jangan pikir cinta itu hanya ke manusia saja. Cinta kepada Allah, tentu itu yang paling utama. Apalagi Allah kan yang menciptakan kita, Dialah yang Maha mengatur segalanya.

Pengorbanan yang paling terkenal adalah kisah ibrahim as yang diperintahkan Allah untuk menyembelih ismail As yang kelak hari ini diperingati dengan hari raya Qurban atau idul adha, pengorbanan yang dilakukan oleh ibrahim tersebut menjadikannya ia sebagai orang yang paling di cintai oleh Allah yakni Tuhan yang menciptakan. 

Sedang dalam kisah yang kita telah ketahui, kehadiran ismail sangat begitu di nantikan oleh ibrahim as, setiap malam ia meminta keturunan dengan mendirikan shalat malam dan beramal baik, akan tetapi setelah diberikanya seorang anak tersebut kemudian Allah memerintahkan untuk menyembelih, sungguh betapa besar kecintaan yang di sandarkan hanya kepada Allah semata mampu membuat akal nalar manusia dan emosional manusia dibuat menohok. 

Atau kisah syaidah khadijah yang mengorbankan sebagian harta dan jiwa nya untuk menopang perjalanan shirah suaminya dalam menerangi makkah dijaman jahiliyah yang semata-mata ia lakukan hanya untuk mencapai kecintaan Allah swt. 

Atau kisah suaminya Sang nabi penutup, muhammad saw yang merelakan strata sosialnya demi bakti kepada Tuhan dengan mengajarkan kebajikan yang semata-mata ia lakukan hanya untuk mencapai kecintaan Allah swt meski harus di anggap pemecah belah, perusuh, orang gila dan lain lain. 

Maka, menyandarkan pengorbanan atas cinta telah di warisi dari jaman ke jaman, tentunya pengorbanan tersebut selalu di barengi dengan keyakinan kepada Allah swt, merelakan keinginan demi bakti kepada Tuhan, merelakan harapan demi kecintaan kepada Tuhan, mengikhlaskan sesuatu demi keridhoan kepada Tuhan merupakan pengorbanan yang paling paripurna juga tinggi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline