Lihat ke Halaman Asli

Ichsan

Belajar menulis

Pemantik Api

Diperbarui: 6 Juli 2018   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seorang lelaki dan meja kayu di teras rumah. Dua kursinya. Mencecap bibir cangkir kopi pagi. Mengeja baris-baris puisi. Membagi kartu-kartu remi. Bermain sendiri, mengalahkan diri sendiri.

Lelaki dan seekor burung kakatua. Menirukan salam selamat pagi. Mengulang-ulang hapalan kata yang itu-itu lagi. Seperti membaca secarik koran pembungkus martabak. Menekan dada. Mengutuk detik-detik sunyi.

Lelaki dan perempuan berdada hangat. Mengelapi peluh penat asin keringat. Membentangkan semestanya untuk meludahkan geramang di ujung hari. Menikmati seporsi sepi.

Lelaki berikutnya, aku. Terjebak malam beku deru angin. Kehilangan pemantik api.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline