Lihat ke Halaman Asli

1996 Cabang Teh

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya awali tulisan kali ini dengan senyum syukur, dan ku panjatkan pada Tuhan sebagai Orang Tua ku, Guru ku dan Kompas hati ku. Lika - liku kehidupan manusia tak bisa ditebak, diramal, ataupun diterawang, semua sudah termaktub dan diatur Tuhan yang Maha Kuasa, bah sebuah roda yang terus berputar kadang dibawah kadang pula diatas, begitu lah kehidupan yang diantarkan oleh waktu dan tak pernah berhenti satu detik pun.

Alur kehidupan seseorang tidak ada yang sama antara satu dengan yang lain, setiap insan memiliki kisah dan riwayatnya masing – masing untuk dijadikan sebuah perubahan diri dari waktu ke waktu, terpaan yang berbentuk cobaan atau ujian datang silih berganti tanpa mengenal waktu, kondisi dan dimana kita berada, namun ingat lah “ Tuhan tidak akan memberikan cobaan pada hambanya selagi ia mampu mengatasinya” berpegang teguh, dan berprinsip menjalani kehidupan merupakan modal utama saya dalam menghirup nafas, menapak tilas dan mengarungi samudera karya sanga Raja alam ini.

Awal kisah yang menguatkan jiwa ku ini terbentuk secara tidak langsung, bahwa Tuhan mendidik saya melalui sendi – sendi kehidupan, dan setelah saya cermati tidak semua orang mengalami pelajaran yang Tuhan berikan dengan cara yang sangat istimewa. Tuhan jikalau aku kehendaki bisikan makhluk laknat Mu, mungkin diri ini enggan Kau kenali lagi, enggan Kau kasihi lagi, enggan Kau rahmati lagi, namun hati meluruskan niat dan kesadaran yang hamba jernihkan dengan nama – nama indah Mu.

Hamba lahir 1996 dengan penuh lika - liku bahtera kehidupan yang menempa hamba sejak dini. Bagaikan cabang pohon teh yang berkembang membuat lika – liku dan alurnya sendiri sehingga rumit untuk dipisahkan, begitu lah hidupku, menanti sebuah ketenangan jiwa, mengingat nama Mu dan rindu akan bertemu dengan Mu Tuhan . Pelajaran hidup datang dari berbagai sudut, berbagai teman, keluarga, bahkan dari orang yang tak dikenal sekali pun. Banyak, banyak sekali Tuhan, yang hamba dapatkan hingga hari ini, ku ucapkan terimakasih pada orang yang telah memberikan pelajaran kehidupan bagi ku, terlepas dari baik dan buruk, dan ku panjatkan syukur pada Mu Rabb.

Sungguh disayangkan seseorang yang menghabiskan waktunya untuk memIikirkan ataupun menilai orang lain dan bahkan lupa dirinya sendiri tak kunjung ia nilai dan koreksi. Mengajilah, mari kita mengaji bersama – sama, mengkaji diri kita, tanpa mengkaji orang lain terlebih dahulu, cuci lah, mari kita bersihkan penyakit hati, fikiran kotor dalam diri kita. Tuhan hamba telah dikeraskan oleh kehidupan dengan pelajaran yang berharga, supaya hamba tidak lembek dan tidak terlalau keras dalam menjalani hidup ini.

Tunduk lah, tundukan pandanganmu kawan, jangan kau berjalan dengan wajah menengadah keatas, kian kau terjatuh, tersungkur. Usah terganggau dengan kekurangan orang lain, dan usah lah pula sibuk membicarakan orang lain, mari berkaca, menela’ah diri, agar hendak menjadi insan paripurna. Buang topeng keniscayaan yang membuat mu bermuka dua, mari tersenyum dengan tulus yang dilahirkan dari hati, mari jernihkan ucapan, prilaku, pandangan, dan fikiran kita tentang orang lain.

Ranting yang tumbuh pada pohon teh pun, mampu membuatnya indah, tanpa ada yang terganggu, lika – liku persoalan antara insan dengan yang lain melebihi rumitya lika – liku cabang pohon teh, namun manusia terlalu bodoh dalam menyikapinya, bahkan cenderung tidak tahu dalam mengatasinya. Tuhan hamba mengerti “mungkin” dengan cara ini Kau tinggikan derajat, dan Kau bantu hamba meraih taqwa dengan tempaan akhlak yang tidak nyaman dirasakan. Ketika ranting – ranting pohon teh ditebas, maka tumbuhlah ranting baru dengan penuh harapan, berandai- andai menemukan hasil dari kepahitan seleksi alam.

Ketika seekor anjing menggonggong, hamba masih tetap menikmati alaunan kicau burung – burung indah nan cantik dilangit sana, jangan lah hiraukan, dan jangan lah kau tengok, sungguh itu kerugian bagimu semata. Komitmen yang menyatu dalam hati, memperkokoh semua tujuan hidup dan menyingkirkan semua duri tajam yang sering membuat hati tergores oleh nya. Tuhan, ijin kan hamba Mu ini membuat peraturan hidup “bagi diri hamba” tuk semakin cepat bertemu dengan Mu disurga kelak, ku terapkan prinsip dalam diri :


  • Apa yang orang lain katakan susah, mudah bagi ku !

  • Orang yang berbicara buruk tentang kita, padahal kita tidak pernah mengganggu kehidupannya, berarti hidup kita lebih indah dari nya !

  • Sukses dahulu, tanpa memandang hal yang neko – neko !

  • Tersenyum pada orang yang membenci kita, karena kita prihatin dengan akhlak dan penyakit hati yang diidapnya !

  • Bersikap lah seperti orang suskses dari sekarang !

  • Tunggu, dan sabarlah untuk mendapatkan pengisi hati yang berkualitas dan mendapatkan cinta yang berkelas !

  • Diri ku berharga, dan buktikan lah siapa diri kita kelak, dan siapa yang membenci diri kita !

  • Kunci utama hidup adalah HATI !

Tuhan jika dengan menerapkan prinsip seperti itu Kau restui maka bimbinglah hamba, dan ingatkan lah agar selalu terjaga dari hal yang Kau murkai, tuk membuat Orang Tua menangis bahagia nan menjadi kekasih Mu Tuhan.

Komitmen !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline