Lihat ke Halaman Asli

Negeriku, "Negeri Sampah"

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa hari kemarin saya mengikuti kuliah salah satu dosen saya. Ada sesuatu yang membuat saya kaget dan tercengang beberapa saat. Beberapa menit kuliah berlalu, dosen menjelaskan bahwa apabila suatu negara berencana menerima suatu produk (impor). Maka, negara tersebut akan memberikan beberapa syarat yang harus dipenuhi supaya produk tersebut bisa masuk. Sedangkan negeri kita, tidak memberikan syarat apapun untuk produk-produk impor yang akan masuk.

Nyeletuk salah seorang teman saya, "Berarti negara kita, negera sampah?". "Iya", balas dosen saya.

Astaga, saya kaget sekali mendengar respon dosen saya yang begitu cepatnya mengiyakan dan seolah tanpa ragu. Menurut saya tidak seharusnya, beliau mengiyakan dengan begitu cepatnya, seperti merendahkan mertabat negara sendiri. Bagi saya, negara yang katanya "negara sampah" ini memiliki keunggulan. Dimana bisa menerima apapun yang masuk didalamnya, ditambah kemampuan "menerima perbedaan", semangat persatuan dalam perbedaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline