Lihat ke Halaman Asli

Meminta atau Memaksa Tuhan?

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai! Pernahkah Anda melihat kucing kelaparan? Misalkan sedang makan di warteg, lagi enak-enak makan nasi telur tiba-tiba ada kucing lewat. Muka kusut, tubuh kurus kering sampai tulangnya kelihatan. Meeow ... nggak dikasih. Meeow meeow ... nggak dikasih juga. Meow! Meow! Meow! Lha penjual warteg marah, langsung disiram. Apa respon Anda melihat tragedi semacam itu? Bergidik bukan? Tanpa sengaja ketika Anda tengah minum es jeruk, kucing itu mendekat minta makanan sambil badan menggigil. Saya yakin Anda tidak tahan memberi sedikitnya sesuap nasi, kecuali Anda tidak punya hati!

Begitulah perumpamaan yang banyak cacatnya ketika kita menadah do'a pada Yang Maha Esa. Kita tak bisa memaksakan kehendak-Nya dengan keluhan "kenapa do'a saya tidak terkabul, padahal sudah salat malam, dzikir, salat dhuha ... Tuhan tidak adil!" Nah ujung-ujungnya nyalahin Tuhan kan? Tugas kita hanya berdo'a dan berusaha. Memaksimalkan keduanya adalah hal yang utama ketimbang terus-terusan mengeluhkan keadaan. Toh, cepat atau lambat juga terkabul. Kalau do'a belum terkabul, sabar saja. Mungkin Dia menggantikan do'a kita untuk memberi perlindungan dari bahaya yang akan menimpa, atau menyimpannya sebagai pahala.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline