Senja..
Ku menunggu ular besi datang menjemputku..
ku tak sabar bertemu dengan kasur bantal di kamarku..
kamar yang ku huni, mungkin sebelum kulahir..
akhirnya.. ular itu yang dinamakan kereta pun datang..
kereta ekonomi, karena harganya yang hanya selembar uang terbaru..
lalu lalang manusia masuk dan saling berebut hanya untuk sebuah kursi..
silih berganti para pedagang menjajakan makanannya..
entahlah.. penat pandanganku melihat sandiwara sepasang pengamen..
kemudian datang lagi dan lagi..
berbeda penampilan..
dari yang masih balita, muda, hingga tua..
dari yang normal sempurna, ataupun ada yang 'kurang'
dari yang ku berniat memberikan sebagian rejeki, hingga ku pegang erat dompetku
sudah berapa lama, ku berdiri..
tatapanku menuju orang-orang yang duduk di bangku..
tajam seketika, ku melihat dua orang lelaki tak jauh dari pandanganku..
benar-benar lelaki tulen..
dia duduk manis, tanpa matanya terpejam, ataupun lelah..
sedangkan sebelah kirinya ada seorang wanita paruh baya lelah,
di depanku, para balita yang di bawa orang tuanya pun merajuk, lelah berdiri..
tak sedikitpun niatan lelaki tersebut memberi singgasananya..
Tuhan,
apakah Kartini salah memperjuangkan hak wanita?
apakah lelaki dendam kepada kartini, yang sudah membebaskan wanita..
tak sekali ini saja ku menyaksikannya tragedi kereta senja..
ini hanya masalah kecil..
bagaimana dengan dunia saat ini..
lelaki semakin sedikit..
kian sedikit yang sadar akan genitalnya, sisanya....
hanya sebentuk tubuh lelaki namun hati dan pikirannya menyerupai kami, kaum wanita..
Tuhan,
ada apakah dengan khalifah kami?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H