Lihat ke Halaman Asli

Menahan Rindu Untukmu

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja di bulan ini tampak lelah melihatku berbaring malas

Aku malas karena lelah bertempur dengan pekerjaan-pekerjaanku

Pekerjaan yang tak ku mengerti dimana memulainya,

Namun ku terus memulainya dengan otak kosong

Hingga pada akhirnya, otak ku mulai penuh dengan seribu tanya

Bagaimana ini? Apa itu? Untuk apa ini? Mengapa tak begini saja?

Tak kusadari ku telah menyatu dengan pertanyaan itu, kemudian pelan2 menemukan jawabannya dengan bertanya pada sang ahlinya di dunia maya

Di sela ku bernafas sesak, ku rebahkan tubuh

Bekerja di ibukota menjanjikan banyak hal, harta dan tahta

Namun menghilangkan banyak rasa

Ku rindu bercanda tawa dengan keluargaku

Ku rindu senyum manis pasanganku

Ku rindu kekonyolan teman2ku

Di nafasku yang kian sesak, ku berjalan dengan pikiran kosong

Telingaku seolah-olah mendengar rintihan-rintihan kecil orang-orang di sekelilingku

Ku berjalan pelan, hatiku mendengar seorang anak kecil mengadu padaku

Dia lelah menjadi kenek di Kopaja, tapi dia tak berani melawan bapaknya yang menjadi supir

Ku juga mendengar, suara hati anak kecil penjaga warung kopi, dia seolah-olah berteriak padaku, Aku ingin sekolah!!

Hanya beberapa meter, air mataku hampir menetes, seorang kakek-kakek berkepala keras batinnya mengadu padaku, Aku rindu anak dan cucuku. Dimana mereka? Aku tak punya uang kembali ke kampung

Tuhan, maafkan aku. Seharusnya ku tidak mengeluh.. maaf




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline