Lihat ke Halaman Asli

Corona dan Fenomena Bahasa Media

Diperbarui: 21 April 2020   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ichan Lagur. Foto oleh: Yohanes 'Mbilo' Delfino

Pengantar

Akhir-akhir ini kita sedang berada dalam situasi yang mencemaskan. Betapa tidak, kehadiran virus corona mengancam dan mengintai kehidupan kita. Keberadaan virus yang kini telah menyebar ke berbagai penjuru dunia ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. 

Dalam dunia pendidikan misalnya, kampus-kampus dan sekolah-sekolah perkotaan tidak melakukan kegiatan tatap muka secara langsung. Mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media dan aplikasi penunjang. 

Sementara sekolah-sekolah di pedesaan terpaksa hanya diberi tugas, bahkan terpaksa diliburkan total karena sarana prasarana penunjang, situasi, dan kondisi yang tidak sesuai dengan slogan #belajardarirumah yang dicanangkan pemerintah. Dalam kehidupan beragama, terjadi perubahan yang besar. 

Kegiatan ibadah di rumah ibadah tidak lagi dilakukan. Saya tidak tahu dalam agama lain, tetapi dalam agama katolik, misa kini dilakukan secara online. Konteks ekonomi pun demikian, terjadi perubahan dan pergeseran pola-pola ekonomi dalam masyarakat baik menyangkut pola konsumsi maupun menyangkut cara pemenuhan kebutuhannya. Begitu pun halnya dengan aspek-aspek kehidupan yang lain.

Media dan Fenomena Bahasa Media

Di tengah kondisi penyebaran virus yang kian mencekam, media massa memegang peranan penting. Dikatakan demikian sebab keberadaan media massa menjadi semacam jembatan penghubung  antara segala hal tentang corona dengan masyarakat. 

Karena itu, persepsi masyarakat tentang virus corona sangat dipengaruhi oleh cara media memberitakan virus ini. Pemahaman yang baik ataupun penyimpangan informasi yang terjadi di tengah masyarakat sangat bergantung pada cara media menyampaiakan informasinya, sangat bergantung pada bagaimana cara media berbahasa di ruang publik.

Berbicara mengenai bahasa media, sejauh pengamatan saya, saya melihat ada dua fenomena menarik yang selama ini terjadi pada media massa kita. Pertama, banjirnya istilah-istilah asing dalam pemberitaan. 

Dalam pemberitaan, wawancara dengan para pakar, maupun dalam berbagai kampanye dan himbauan, kita mendapatkan banyak istilah asing semisal lockdown, hand sanitizer, disinfactant,social distancing, physical distancing, suspect, rapid test,#stayathome, dan lain sebagainya. 

Bagi sebagian orang mungkin ini istilah yang biasa-biasa saja dan tidak ada masalah. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, saya kira deretan istilah ini merupakan deretan istilah yang sama sekali tidak dipahami. Imbasnya, esensi pesan-pesan yang disampaikan pemerintah dan pihak terkait menjadi tidak tersampaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline