Ada saja tingkah menggelikan dari anak SMA ini. Ditengah-tengah kejenuhan mengerjakan soal-soal UN, sempat-sempatnya ngaca mencetin jerawatnya tanpa perasaan risih, padahal duduknya pas di depan pengawas. Rupanya kaca ukuran 20x 30 cm yang digunakan sebagai tatakan LJUN (Lembar Jawab Ujian Nasional) itu berfungsi ganda. Aneh-aneh saja.
Seandainya diperbolehkan membawa hape ke dalam ruang kelas, pasti sudah kuabadikan sebagai peristiwa unik sekaligus tontonan menarik. Dari sini akhirnya pandanganku mengarah ke sudut /pojok kiri belakang. Astaghfirullah, lagi-lagi aku bertemu wajah udang rebus. Reflek aku terusik lagi untuk menuliskannya. Kenapa ya di sini banyak sekali bertebaran wajah udang rebus? Buatku ini sangat memprihatinkan. Ini trend yang nggak sehat.
Setelah istirahat aku berusaha mendekatinya dan hati-hati menanyakan kenapa wajahnya rusak begitu. Semula ia ragu karena aku orang baru dan bukan gurunya, tapi akhirnya ia mau mengaku kalau memakai krim pemutih. Katanya semula krim yang dipakai begitu mengagumkan hasilnya . Cukup 10 ribu hasilnya sudah terasa dalam pemakaian selama 4-5 hari. Tapi siapa yang menyangka kalau akhirnya begini?
Dari persepsi yang salah tentang cantik inilah akhirnya mereka melakukan apa saja yang penting mendapat perhatian dan diakui keberadaannya. Rasa rendah diri mempunyai kulit yang agak gelap, wajah kurang menarik dan bentuk tubuh kurang proposional dianggapnya sebagai penghambat di dalam pergaulannya. Perasaan rendah diri berkaitan dengan konsep harga diri (self esteem) sebagai pendapat yang berkembang tentang dirinya sendiri.
Sekali lagi, tulisan ini adalah bentuk kegelisahanku terhadap kenyataan yang ada. Sudah saatnya orang tua dan guru turun tangan menolong mereka yang sedang mengalami krisis identitas diri di masa pancaroba ini dengan menanamkan keyakinan bahwa cantik tak harus putih. Meningkatkan pemahaman diri dengan memberi pengertian bahwa tidak ada orang yang sempurna dan masing-masing orang memiliki kekuatan dan kekurangan yang berbeda-beda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H