Perjalanan panjang yang melelahkan namun juga menyenangkan. Kali ini saya mendapat kesempatan mengikuti Bintek dan PKL pengembangan koperasi pondok pesantren ke daerah Jawa Barat tepatnya Bandung yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Provinsi Jawa Tengah. Banyak hal yang saya dapat dari Bintek dan PKL ini di luar urusan koperasi diantaranya adalah berubahnya cara pandang terhadap beberapa hal yang selama ini hanya berdasar pada berita dan membaca Koran. Sikap arif atau bijak pada perilaku lebih baik kerap dikaitkan dengan usia atau lama waktu seseorang menjalani kehidupan ini. Semakin tua seseorang seyogyanya semakin bijak dalam menyikapi hidup ini. Tapi tidak selamanya begitu. Tidak sedikit orang yang usianya beranjak senja tapi tidak menjadikan orang semakin arif dan baik. Ini mungkin tergantung dari kemampuan dan kemauan seseorang mengambil pelajaran dari yang telah dikerjakannya dan mengambil manfaat untuk perbaikan hidup selanjutnya. Dari apa yang saya dapatkan dari Bintek dan PKL pengembangan kopontren ini membukakan mata saya bahwa peran pak Kyai sebagai Top Manager dalam memberdayakan dan memajukan ekonomi pesantren tidak tangung-tanggung. Beberapa unit usaha yang dikelola kopontren (sebut saja Daarut Tauhid Geger Kalong, dan Babussalam Bandung) diantaranya semula adalah usaha pribadi pak Kyai yang dihibahkan untuk koperasi dan hasil keuntungannya untuk kesejahteraan bersama. Terus terang sebagai awam saya sangat terkagum-kagum atas kelegowonan dan kezuhudan Beliau. Dan ternyata tindakan ini tidak hanya menguntungkan umat/ anggotanya tapi juga bagi keluarganya seakan tak henti-hentinya jalan rizqi dan keberkahan mengalir. Kebalikan dari saya yang selalu mengejar dunia (materi), tapi justru dunia (materi) mengejarnya karena berkah dari keikhlasan mengutamakan kepentingan ummat / lembaga disbanding memikirkan kepentingan pribadi dan keluarganya. Subhanallah…. Jelas, kezuhudan dan kelogowonan seorang Top Manager (pemimpin pesantren/ lembaga) menghibahkan usahanya pada pengelola kopontren adalah cerminan dari kebijaksanaan menyikapi hidup sesuai paparan saya pada alenia ke dua. Aa Gym Juga Manusia Beberapa gambar di bawah ini sudah cukup menjelaskan keberhasilan si Aa menyulap daerah kumuh dan sangar menjadi kawasan produktif dan Islami serta berimbang antara kepentingan dunia dan akhirat dalam waktu yang tak begitu lama.
[caption id="attachment_170627" align="aligncenter" width="514" caption="Bersama kang Ujang (baju hitam) di depan cottage"]
[/caption] Menurt penuturan kang Ujang yang dipercaya mendampingi tamu PKL dan memberi penjelasan tentang keberadaan Darut Tauhid ini, semula santri-santri Darut Tauhid hanyalan teman dekat Aa. Karena dalam waktu singkat Darut Tauhid berkembang dan berhasil, maka tak sedikit yang mengkultuskan bahkan menganggap bahwa Aa adalah Dewa sebagai refleksi kekaguman umat pada keberhasilan Aa. Kata mang Ujang lagi, kejadian /peristiwa poligami Aa merupakan cobaan dan masa-masa terburuk bagi Darut Tauhid. Beberapa unit usaha dalam MQ Group gulung tikar. Praktis kopontren mengalami kerugian yang sangat besar. Tapi alhamdulillah sekarang keadaan sudah berangsur-angsur membaik. Sedang hikmah dari cobaan itu adalah orang tidak lagi mengkultuskan Aa yang dulu menjadi kekhawtiran pihak ponpes. Lagi-lagi karena arif menyikapi hidup, mau mengakui atau menerima dan belajar dari apa yang telah dilakukannya, serta mengetahui faktor-faktor yang membuatnya lemah dan kuat meminimalisir kemungkinan terperosok dua kali pada lobang yang sama. Itu juga mungkin yang menyebabkan Aa Gym menikahi lagi Teh Nini untuk kedua kalinya, wallhu a’lam…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H