Lihat ke Halaman Asli

Icha Nors

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga, pendidik

Nikah Muda Dikecam, Zina Dini Dibiarkan

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi sudah dikagetkan oleh tayangan berita di televisi yang menyebutkan seorang siswi klas 6 SD hamil 6 bulan. Menurut pengakuannya, bayi yang dikandungnya adalah benih dari pacarnya yangmerupakan teman sekelasnya. Naudzubillah…Sampai di kantor, teman–teman ternyata juga sedang hangat-hangatnya membahas topik yang sama. Bedanya yang diceritakan oleh teman-teman ini tentang kejadian yang benar-benar dialami oleh putrinya. Ada dua teman yang kebetulan putrinya sama-sama kelas 6, Cuma kelasnya berbeda.

Ceritanya begini: Bu Lilis (bukan nama sebenarnya) sedang bingung memecahkan masalah yang menimpa putrinya, Rini. Yang membuat beliau sedih adalah pangkal masalah ini berawal dari keputusannya membelikan Rini HP Dengan harapan kalau ada apa-apa bisa dihubungi, dan bisa memberitahu kapan ia harus dijemput. Tapi tak ayal, ternyana sarana komunikasi itu membuat putrinya berkembang pesat tidak sesuai dugaan. Siapa yang menyangka kalau Rini menggunakan HP itu untuk hal-hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh anak seusianya. Bu Lilis hampir syok ketika tidak sengaja membuka sms di kotak pesan yang berisikalimat-kalimat romantis dari teman sekelasnya. Astaghfirullah.

Suatu hari Ida (putri bu Siti ) menceritakan kalau teman-temannya banyak yang sudah punya pacar. “Pacar itu apa?” Tanya bu Siti . “Pacar itu ya teman main sms-an, suka nemani kita waktu istirahat, menggandeng tangan ketika pulang les dan teman curhat, itu lho bu yang kayak di sinetron.” Hah….? Memang benar, televisi dengan gemilang telah mampu merubah yang tabu menjadi nilai-nilai baru yang pantas.

Jangan Legalkan Pacaran

Zaman memang telah berubah . Anak-anak seakan berkembang dan matang sebelum waktunya. Usia mental sering tak selaras dengan usia kalender. Apa karena pengaruh gaya hidup yang serba instant. Mulai dari makanan sampai kebutuhan sekunder lain yang semakin mudah menjangkaunya tanpa bantuan dan orang lain tahu. Nilai-nilai social budaya bergeser, dekadensi moral menjadi hal yang lumrah.

Suatu ketika pada kelas Muhadharah/ khitobah salah satu siswi berorasi dengan tema “Laknat dosa Pacaran.” Pada sesi penanggapan terjadi dialog interaktif secara spontan. Ada yang bilang pacaran itu ta’aruf untuk saling mengenal pribadi masing-masing. Satunya lagi mengaku pacaran itu merupakan simbul status. Ada perasaan bangga kalau sudah punya pacar sedang bagi yang belum punya merasa tidak laku hingga timbul rasa rendah diri.

Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa di kalangan anak sekolah pacaran itu adalah gaya hidup. Kalau tidak mengikuti trend yang ada berarti melawan arus dan pasti bisa dibilang ketinggalan zaman. Remaja mana yang mau ketinggalan zaman? Pacar tak ubahnya gadget. Kalau sudah begini mereka akan melakukan apa saja demi gengsinya itu.

Sebagai pendidik dan orang tua, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mari kembali kepada ajaran agama yang benar. Kita arahkan mereka dengan pendidikan moral etika,  norma-norma ketimuran yang diajarkan nenek moyang kita.

Adakah yang salah kalau anak-anak kita tertarik pada lawan jenis? Sama sekali tidak, kecuali yang belum cukup umur, anak klas 6 SD misalnya. Mecintai lawan jenis itu kodrat manusia normal dan wajar. Yang tidak wajar kalau mereka menyikapinya secara berlebihan. Di saat seharusnya mereka melakukan aktifitas belajar dan mengejar prestasi, harus membagi konsentrasi pikirannya pada hal yang belum menjadi tanggungannya, yaitu pacar. Sedang social emosional mereka belum berkembang sempurna, masih sangat labil. Makanya sering terjadi kecelakaan yang tidak didinginkan karena belum bisa mengendalikan diri dan emosi dengan baik. Anak-anak yang terjerumus ke dalam perjanjian setan rata-rata mengalami kehancuran prestasi. Mereka harus merasakan siksaan rindu, rasa sakit dikhianati, cemburu, cemas berkepanjangan dan bertingkah aneh-aneh sehingga nampak bodoh.

Sikapilah gejala ketertarikan itu sewajarnya, jangan dipupuk dan dipelihara untuk diternakkan. Mereka pasti akan menyesal telah memilih menambatkan hatinya pada salah satu orang . Karena esok pasti akan ada yang lebih dari pilihannya hari ini. Padahal sudah terlanjur terikat perjanjian yang mengikat (istilah anak sekarang jadian) pada si Anu. Seakan menanggung kewajiban menghamba pada pasangannya, menyerahkan jiwa raga buat pilihannya .

Sangat disayangkan ini terjadi pada anak-anak harapan bangsa. Masih panjang dan banyak yang harus mereka ketahui tentang hidup dan kehidupan. Di depan terbentang luas kesempatan bergaul dan mengenal berbagai karakter dari lingkungan sosialnya. Mengapa buru-buru memutuskan pilihan?

Pandangan keluarga terutama orang tua tentang pacaran juga sangat mempengaruhi . Ada orang tua yang membolehkan pacaran sejak masih menengah dan menganggap wajar dan lebih parah lagi disebut sebagai penyemangat/ spirit belajarnya. Bodoh banget orang tua seperti ini. Apa dia lupa kalau syetan makin beranak pinak dan belum pernah ada yang mati. Apa bisa menjamin kalau sudah ada kontak fisik meskipun sekedar bergandeng tangan lama-lama tidak menjalar dan bergerilya ke mana-mana. Mereka anak-anak normal dan sehat kan? Libido sexnya pasti juga normal.

Jangan Dekati Zina

Seorng ibu menasihati putranya yang berpamitanmencari ilmu di kota yang sangat jauh dengan jarak beratus-ratus kilo meter dari rumahnya, nasihatnya begini:

Anakku,

ibu selalu berdo’a untuk keselamatanmu, kesuksesanmu.

Tepati janji, teguhkan niatmu hanya untuk tholabul ilmi, jangan berpikir macam-macam Jadilah manusia beradab dan bertanggung jawab pada hak-hak Tuhanmu, dirimu dan orang di sekitarmu.

Anakku,

jangan sekali-kali kau menambah beban dosa Ibu dan Bapakmu, orang tua yang sangat mengasihimu. Bergaullah seluas-luasnya agar kamu bisa belajar darinya.Jangan tambatkan hatimu pada siapaun sebelum kamu yakin itu yang terbaik, dan segeralah kabari ibu jika kau sudah siap. Jangan mengadakan perjanjian yang mengikat dan memasung kebebasan waktumu bercumbu pada sang Kholiq. Ibu akan mengantarkanmu bersimpuh ke haribaan-Nya untuk meminta restu kehalalan. Hilangkan pandangan bahwa menikah menjadi penghambat bagi cita-citamu. Karena Allah menyertaimu dengan kasih sayangnya. Menjaga keharmonisan rumah tanggamu dengan berbagai keindahan, menjaga pandangan matamu dari tipu daya syetan dan mencukupkan rejekimu untuk mencapai kesuksesan. Karena kasih sayangmu terikat dengan simpul pita yang sangat indah , yaitu pernikahan.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk semua permata hatiku, anak-anakku tercinta sebagai wujud kasih sayangku yang tak pernah padam. Semoga kalian membacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline