Indonesian Center For Deradikalisation dan Wisdom (ICDW), salah satu sayap kelembagaan Yayasan Pesantren Daarul Uluum Bogor, menyelenggarakan seminar sehari tentang Radikalisme dan Terorisme di Pesantren, Sabtu 1 Mei 2010. Panitia seminar menghadirkan dua orang pembicara kunci, yaitu DR Wawan H. Purwanto (Pengamat intelijen), dan Mataharitimoer (Direktur ICDW Daarul Uluum).
Seminar dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta yang berasal dari para santri, para pengurus pesantren, dan mahasiswa beberapa perguruan tinggi di sekitar Bogor, seperti Universitas Pakuan dan Universitas Ibn Khaldun (UIKA). Organisasi kepemudaan seperti Gerakan Pemuda Ansor pun tidak ketinggalan ikut turut serta mengirimkan anggotanya sebagai peserta.
Dalam uraiannya, Wawan yang juga menjabat sebagai Staff Ahli Wakil Presiden RI Bidang Keamanan dan Kewilayahan ini, menggarisbawahi bahwa seluruh kajian tentang terorisme akan selalu terbentur pada definisi. Definisi ini sangat penting karena menyangkut cap yang akan ditimpakan kepada seseorang atau sekelompok orang. "Dunia Islam dan Dunia Barat, sampai saat ini, masih belum sepakat dalam merumuskan siapa yang sebenarnya teroris: Hamas atau Israel?", ujarnya.
Sementara itu, MT menguraikan pandangannya bahwa radikalisme adalah spirit yang harus dimiliki oleh siapapun yang menginginkan perubahan. "Indonesia bisa merdeka karena radikalisme para orang tua kita dahulu saat melawan penjajah belanda," ingat pria yang menulis buku "Jihad Terlarang: Cerita dari Bawah Tanah" itu, sekaligus menegaskan bahwa ada perbedaan tegas antara radikasme dan terorisme. "Terorisme tidak pernah mendapatkan dalil pembenar dalam ajaran Islam".
sumber : daarululuum.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H