Lihat ke Halaman Asli

Kisah Lama Gadis Penderita Kanker

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Aku Bersiap Menyambut Tahun Baru dengan Mendengar Kisah Dari Mu

Sore itu, 31 Desember kala orang pada umumnya ribut dengan persiapan perayaan menyambut tahun baru, seorang gadis duduk termenung di depan TV. Semilirnya angin, dengan langit yang tertutup awan mendung, hitam namun tidak pekat menyelimuti heningnya sore itu. Langit begitu antusiasnya menampakan kebesarannya untuk menurunkan rintikan hujan di malam nanti. Banyak orang yang telah merencanakan apa yang akan dilakukan jelang pergantian tahun nanti. Tetapi, ia hanya terdiam menikmati dingin yang perlahan mulai merangsak menembus pori-pori kulit. Dingin mulai terasa. Gadis itu masih terdiam menikmati sore hari dengan memainkan imajinya menyaksikan layar kaca televisi. Sembari membaca beberapa pesan singkat yang masuk di ponselnya sebelum ia memutuskan untuk menjawabnya, pandangannya tak lepas dari beningnya layar televisi. gadis sore  memperhatikan dalam-dalam serta memikirkan dan memaknai setiap hal yang tergambar jelas dalam sebuah acara televisi.

Ya, ia benar-benar memperhatikan setiap kata yang diungkap pelan oleh pemeran Keke dalam film "Surat Kecil Untuk Tuhan".
Kisah perjalanan seorang gadis penderita kanker yang bertahan dengan segala desakan batin yang harus ia jalani. Kanker yang ia derita merupakan kanker ganas yang dalam hitungan singkat berkembang dan dapat menggerogoti tubuhnya yang perlahan melemah. Ayahnya mengetahui penyakit yang di derita oleh Keke adalah kanker ganas, yang mana penyembuhannya dapat dilakukan dengan jalan operasi. Tetapi ayahnya tidak sanggup bila harus merelakan buah hatinya tersentuh benda-benda tajam alat- alat operasi. Ayahnya tak mau putrinya kehilangan separuh dari wajah cantiknya. Dan akhirnya lidahnya harus bertegur sapa dengan obat-obatan setiap hari. Ia begitu gentar mengadapi penyakit ganas mematikan itu. Apa yang diperintahkan orang tuanya ia turuti dengan sabar. Satu yang ia inginkan adalah kerukunan dan kesatuan di dalam keluarga yang ia cintai. Bocah perempuan itu tak hanya mendapatkan rasa sakit atas penyakit di dalam tubuhnya, tetapi batinnya pun meronta karena perceraian orang tuanya.
Meskipun demikian, ia tak pernah patah semangat menggapai pendidikannya. Kobaran api semangatnya terus membahana. Ia berjuang melawan sakitnya, ia juga berjuang menghadapi ujian sekolahnya. Di dalam semangatnya yang membara, ia menyelipkan waktu untuk bercengkrama dengan Tuhan. Lewat tulisan-tulisan kecilnya ia mengirimkan doa-doanya kepada Tuhan, "Surat Kecil Untuk Tuhan".

Sudah berkali-kali film itu diputar di layar kaca televisi, hampir setiap tahun film ini muncul di salah satu stasiun swasta Indonesia. Kisah perjuangannya tak membuat mata seorang gadis sore itu bosan menyaksikannya. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisah perjuangan penderita kanker itu.

Tak hanya perjuangannya yang luar biasa dalam melawan penyakit kankernya, kisah persahabatan dalam film ini pun membuat mata penonton berlinangan air mata. Sungguh menyadarkan manusia betapa berharganya orang-orang terkasih di sekitar saat senang maupun duka.

Dan saya adalah gadis sore itu. Ya, pelajaran itu saya pun peroleh dari tanyangan tersebut. Di saat ia merasakan betapa kejam nasib yang ia alami, di saat penyakit ganasnya tak mampu lagi ditahan oleh raganya, disaat itu pula sahabat-sahabat terbaiknya menjadi penyemangat setia yang selalu menjaga dan menjadi tempat sandarannya saat ia benar-benar tidak sanggup lagi dan ingin rasanya terjatuh.

Banyak pelajaran berharga dari kisah nyata seorang gadis penderita kanker ganas yang bernama Gita Sesa Wanda Cantika. Perjuangannya untuk terus bertahan saya yakin mampu membuat setiap hati penonton akan tersayat-sayat saat menyaksikannya. Tidak bosan-bosannya saya menikmati sajian akhir tahun ini. Mungkin bagi sebagian orang menikmati akhir tahun dengan berpesta kembang api di alun-alun menjadi hal yang lebih menyenangkan. Mempersiapkan diri dari sore itulah yang banyak dilakukan. Dan tidak seperti biasanya, saya yang biasanya lebih memilih berkumpul di teras rumah bersama keluarga, sore itu saya benar-benar lebih memilih "Surat Kecil Untuk Tuhan" sebagai teman di sore hari di penghujung tahun.
dan hari ini saya mempersiapkan pergantian tahun dengan sebuah cerita dari kisah lama gadis penderita kanker.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline