Lihat ke Halaman Asli

Yogya (Masihkah) Berhati Nyaman (?)

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1356713075607743501

Yogya (Masihkah) Berhati Nyaman?

Malioboro, adalah tempat yang ramai dikunjungi para wisatawan setibanya di Yogya. Sepertinya belum afdol berkunjung ke Yogya tapi belum menginjakan kaki di tempat itu. Sebuah wisata belanja. Mulai dari pakaian, kaos jogja, asesoris, makanan semua dijual disana.

Yogyakarta dengan wisata pantainya yang masih asri, masih jauh dari sentuhan tangan-tangan jahil manusia juga menjadi daya tarik yang tiada habisnya. Gunung Kidul, tempat pantai-pantai bersembunyi di balik gundukan bebatuan yang menggunung. Masih jarang sekali pantai-pantai di sana yang tersentuh oleh keramaian pengunjung. Sunyi, senyap. Hanya deburan ombak yang menghantam karang yang mampu memecahkan keheningan senja. Perjalan lepas dari pantai, mata dimanjakan oleh panorama yang begitu memukau. Dari atas bukit, nampak di bawah sana sebuah kota yang berkerlip dihiasi oleh lampu-lampu bak bintang yang menghiasi langit di malam hari. Sangat indah.

foto: @AShafiraditya

Selain dikenal dengan Malioboro serta eksotika pasir putihnya, kota pelajar ini memiliki banyak aktivitas pendidikan. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi semuanya beraktivitas dari pagi hingga sore hari. Gedung-gedung besar nan megah, universitas ternama tersebar di kota-kota di Yogyakarta. Terdapat tiga kampus negeri yang terletak di jantung kota Yogyakarta. Aktivitasnya memenuhi rongga kota dari pagi, siang, sore, malam hingga pagi lagi seperti tak berhenti satu detik pun.

Ramai, Yogya kini makin ramai saja. Setiap detik waktu makin terasa penuh. Aktivitas pendidikan, perekonomian, wisatawan, makin hari makin berkembang dan berkembang.

Tak peduli pagi, siang, sore, waktu istirahat, atau waktu libur, Yogya tetap padat. Terlebih pada saat liburan, banyak titik-titik yang rawan macet bahkan hampir setiap liburan datang titik-titik dikeramaian itu macet parah.Bagaimana tidak? pendatang yang semakin banyak dan diimbangi pula dengan melonjaknya jumlah kendaraan. Setiap hari, hampir mencapai ratusan ribu kendaraan di kota Yogya bertambah sedangkan jalan yang disiapkan tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang dengan pesat bertambah.

Setiap tahun pertambahan pendatang dapat dilihat dari jumlah mahasiswa baru di kota Yogya. Lebih dari lima ribu jiwa mahasiswa baru menjadi bagian dari masyarakat Yogyakarta setiap tahunnya. Sedangkan tidak setiap tahunnya mahasiswa lulus dari perguruan tingginya. Tentunya hal itu menambah padat kehidupan kota Yogya.

Jumlah pendatang yang setiap tahunnya tidak menentu jumlahnya, namun dapat dipastikan banyak turut meramaikan sibuknya kota Yogya. Adanya pertambahan jiwa di kota Gudeg ini nampaknya belum diimbangi dengan penataan wilayah dengan baik dan sesuai.

Aktivitas para pendatang yang mayoritas adalah mahasiswa tak pernah padam setiap harinya. Pagi, siang, sore, malam, hingga pagi lagi kota Yogya ramai oleh aktivitas mahasiswanya. Pagi hari hingga sore menjelang maghrib, mahasiswa memanfaatkan waktunya untuk mengikuti kegiatan di kampusnya,perkuliahan sampai kegiatan tambahan yang berkaitan dengan minat dan bakat mahasiswa.

Malam hari ada yang memanfaatkan waktu itu untuk berdiam diri di kamar kost, memanjakan diri dengan beristirahat setelah seharian beraktifitas di kampus, ada pula yang menggunakan waktu sebaik mungkin untuk menambah uang jajan sehari-hari, dan hampir sebagian besar mahasiswa di kota ini memanfaatkan dinginnya malam untuk “nongkrong bareng teman-teman” di cafe-cafe mahasiswa, menghabiskan malam di warung kopi sambil berdiskusi menelisik fenomena yang tengah terjadi, dan tak jarang pula yang sekedar berjalan-jalan menyusuri kerlap-kerlip jalanan kota Yogya. Akibatnya adalah macet di beberapa daerah ramai yang menjadi pusat aktivitas malam para mahasiswa. Di antaranya, titik-titik kemacetan itu adalah perempatan lampu merah uin di jalan Marsda Adi Sucipto, pertigaan sebelah barat Amplaz dan perempatan di nol kilometer.

Hampir setiap malam tempat itu selalu macet terlebih pada malam minggu, sudah dapat dipastikan macetnya.

Selain itu , daerah rawan macet yang tidak hanya pada malam hari saja tetapi sejak manusia memulai aktivitasnya, jalan ini terasa sekali kepadatannya. Jalan malioboro, sekitar pasar bering harjo, dan perempatan belakang shoping. Pada siang hari titik-titik tersebut yang merupakan daerah rawan macet, banyak ditemui aktivitas truk-truk pengantar barang, para pedagang yang berlalu lalang mengambil barang dagangannya, dan yang pasti adalah para pengunjung atau konsumen di tempat tersebut. padatnya jalan juga diakibatkan oleh becak-becak yang mangkal tidak pada tempatnya, taksi, atau angkutan kota yang berhenti atau sekedar menaikkan penumpang dan menurunkannya di tempat yang tidak seharusnya.

1356713220185887991

Dinas Perhubungan Yogyakarta

Keberadaan Trans Jogja yang seharusnya bisa mengurangi penyebab kemacetan justru tak banyak berfungsi lagi. Ia kini jarang diminati karena kurangnya perhatian terhadap kenyamanan dalam berkendara.

Yogya kini makin panas saja. Asap-asap kendaraan yang hitam membumbung tinggi ke angkasa membuat sesak di dada para pengguna jalan. Pohon-pohon di tepian jalan sangat jarang di jumpai. Hanya di daerah tertentu saja hijau dedaunan yang sejuk dapat ditemui.

Nampaknya ini menjadi PR bagi masyarakat semua, dan melalui badan penyelenggaraan tata letak wilayah dan kota dapat digerakkan. Bila hal semacam itu dibiarkan tanpa ada pembenahan, tidak dipungkiri bahwa kenyamanan yang didambakan setiap orang akan hilang secara perlahan. Masalah nyaman dan tidaknya Anda lah warga Yogyakarta yang akan merasakannya dan dari tangan Anda pula kenyamanan itu tergantung.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline