Haikal Tahir Wagola // 23010400213
Ilmu Komunikasi FISIP UMJ, pesrta mata kuliah filsafat dan etika komunikasi, Dosen Pengampu Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si.
Jikalau tidak update sendiri dengan apa yang terjadi di palestina, Ada hal yang harus kamu ketehui!? sekarang ada polanya setiap kali ada sesuatu yang besar terjadi entah itu sambutan, event yang besar di US. Akan ada serangan yang sangat berat dan besar yang akan terkena di Gaza. Jadi, media ini akan flat dan berharap berita tentang peristiwa yang ada di gaza akan tenggelam. Jadi, acara apa yang baru saja terjadi? Met Gala. Met Gala ini merupakan acara yang banyak didatangi oleh selebriti dengan pakaian yang serba mewah dan glamor yang sangat sangat cantik. Dan yang akan disorot kepublik adalah pakaian yang indah tersebut sehingga publik lebih tertarik akan event tersebut ketimbang peristiwa yang menimpah Gaza.
Seperti yang kalian tahu Gaza sebelumnya merupakan negara yang indah dan luas bahkan tanahnya itu merupakan tanah yang suci, sehingga dari luasnya itu berubah menjadi kecil akibat serangan Israel serta dibuatnya tembok besar oleh israel. Apakah kalian ingat rumah sakit yang dikepung pada saat itu? Bahkan sampai mengebom rumah sakit, Sampai tidak ada rumah sakit lagi, bahkan membunuh banyak perawat dan dokter serta menangkap jurnalis dan sampai saat ini mereka menagkap orang - orang dengan jumlah yang sangat banyak dan dikumpulkannya orang - orang tersebut didalam 1 lubang dan semua orang itu dalam keadaan tangan yang terikat. Dan yang perlu anda ketahui lagi, pada dasarnya setiap tahanan ingin sekali dibebaskan. Akan tetapi tahanan disana jika ingin keluar dari lubang tersebut harus membayarnya.
Dan untuk kalian yang masih berfikir "tapi mereka mempunyai hamas" itu hanyalah omong kosong. Hamas telah setuju untuk bersikeras, akan tetapi dia tidak menginginkannya. Niat ini orang atau niat hamas ini adalah niat zionis yang sangat ingin meratakan Gaza dan menakhhlukan Gaza. Ada yang mengatakan bahwa rafah merupakan tempat perselamatan bahkan tempat terbaik yang bisa didatangi. Mereka (kaum zionis) hanya ingin orang - orang palestina ini duduk didekat tepi pantai tanpa apa - apa dan tanpa pangan. Apakah kalian faham orang yang memberi bantuan nasional ini hanya ingin mengambil uang dari bantuan tersebut sampai mati, bahkan menginginkan kaum Palestina tersiksa sehingga mereka berenang - renang ke tengah laut sampai memanjat bangunan yang sudah terkena bom. Apakah kalian mengerti orang putus asa seperti apa? Dan sekarang ini Israel menyerang rafah. Rafah yang merupakan tempat terakhir orang - orang merasa berlindung disana.
Dan menurut saya Met Gala ini merupakan acara yang tidak peduli akan keadan yang ada di dunia pada saat ini. Akan tetapi Chairmannya anna winthour datang tanpa ada statement apapun tentang genocide dan femin atau ketidakadaan pangan terutama yang terjadi menimpah Palestina. Justru makin terlihat ketidakpedulian dan tone deav masyarakat fashion yang ada di Amerika dan masyarakat fashion dunia tidak peduli dengan apa yang terjadi pada dunia saat ini. Banyak membahas seperti "hunger games" ketika di kapitol sedang berpesta pora dengan segala macam kekayaannya sedangkan di distrik lain sedang terjadi kekurangan pangan dan juga genocide atau pembunuhan. Hal ini membut saya dan banyak sekali dari para desainer merasa juga bahwa ini sangat bukan fashion. Bahwasanya fashion itu harus relavan terhadap situasi, fashion itu dulu relavan terhadap perang, fashion relafan terhadap pandemi, dan fashion seharusnya relavan terhadap genocide. Akan tetapi yang dilakukan Met Gala tidak ada statement apapun, bahkan tanpa kepeduian terhadap sis fire di Palestina.
Jadi menurut saya Acara tahunan Met Gala, dengan semua kegemerlapan dan glamornya, sering kali menjadi sorotan utama di dunia hiburan terutapa di dunia fashion. Namun, di balik sorotan yang menyilaukan tersebut, terdapat serangkaian peristiwa yang mengguncang dunia nyata, yang pada akhirnya diperdebatkan dalam konteks filsafat dan etika komunikasi. Salah satu contoh paling mencolok adalah bagaimana acara tersebut memperkuat ketidakpedulian terhadap tragedi kemanusiaan yang tengah terjadi, seperti yang terjadi di Palestina.
Dalam hal tersebut keramaian Met Gala, sering kali tidak ada ruang untuk diskusi atau kesadaran akan isu-isu global yang mendesak. hal ini menciptakan dilema etika komunikasi yang nyata. Meskipun para selebriti dan tokoh terkenal memiliki platform yang besar untuk menyuarakan isu-isu kemanusiaan, mereka sering kali memilih untuk berdiam diri, mungkin karena takut akan kontroversi atau kerugian branding. Ini menimbulkan pertanyaan seperti 'apakah tanggung jawab moral mereka untuk memanfaatkan kekuatan mereka untuk menyuarakan isu-isu global yang mendesak?'
Filsafat komunikasi media menyoroti bagaimana media, termasuk acara seperti Met Gala, sering kali berfungsi sebagai pengalih perhatian dari isu-isu yang lebih mendesak. Dalam konteks ini, Met Gala dapat dianggap sebagai alat untuk mengalihkan perhatian publik dari konflik dan tragedi yang tengah berlangsung di Palestina. Dengan menyoroti pakaian mewah dan kehadiran selebriti, media sering kali lupa untuk memberikan liputan yang memadai terhadap isu-isu global yang membutuhkan perhatian segera (Lukas Rumetshofer , 2010).
Dari sudut pandang pihak tertentu, kehilangan empati terhadap penderitaan orang lain merupakan kegagalan moral yang serius. Met Gala, dengan fokusnya pada keindahan dan kemewahan, mungkin menjadi simbol dari kehilangan empati tersebut. Para peserta acara mungkin terlalu terpesona oleh sorotan kamera dan sorotan media untuk benar-benar memperhatikan atau peduli dengan penderitaan yang terjadi di Palestina. Hal ini menggambarkan ketidakseimbangan yang mendasar antara dunia hiburan dan realitas yang keras (Asep Malyana, 2016).
Untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini, diperlukan perubahan paradigma dalam cara kita memandang etika komunikasi. Para selebriti dan tokoh publik harus menyadari bahwa dengan kekuatan mereka, ada tanggung jawab moral untuk menggunakan platform mereka untuk hal-hal yang lebih besar dari sekadar mode dan hiburan. Dengan mengintegrasikan isu-isu kemanusiaan ke dalam sorotan media seperti Met Gala, kita dapat membangun kesadaran global dan memicu perubahan positif (Amin Abdullah, 2003).