"Kamu mungkin jatuh miskin, sepatumu mungkin rusak, namun pikiranmu adalah istana" -- Frank McCaurt
Keterbatasan sering membuat kita tidak melakukan apa -- apa karena berpikir bahwa kita bukan siapa -- siapa. Bekerja di tempat biasa -- biasa saja, gaji pas -- pasan, tidak punya kendaraan roda empat, tidak punya investasi, dan bahkan tidak mengerti akan menjalani hidup seperti apa jika sudah pensiun. Jika kita adalah orang seperti ini, semoga ungkapan Frank McCaurt yang adalah seorang penulis pemenang piala bergengsi Pulitzer untuk bukunya Angelas's Ashes, menolong kita untuk memahami bahwa hidup kita pun bisa lebih berarti.
Sebagai seorang guru Bahasa Inggris, dulu saya pernah terpikir apakah saya bisa seperti Jack Ma, pemilik Alibaba Group yang merupakan perusahaan e-commerce terbesar di China? Jack Ma adalah salah satu orang terkaya di dunia, tapi siapa sangka bahwa dulunya ia adalah seorang guru Bahasa Inggris yang sederhana. Jack Ma yang sudah begitu terkenal menjelajahi dunia dan menginspirasi banyak orang tentang kegagalan dan keberhasilannya dalam membangun bisnisnya membuat saya kagum dengannya. Saya yang adalah seorang guru Bahasa Inggris seperti Jack Ma, dan belum pernah keliling dunia. Saya lebih sering di sekolah, kadang -- kadang ke luar kota hanya untuk pelatihan, itupun hanya 1 -- 2 kali saja dalam satu tahun.
Dulu saya juga ingin seperti Bill Gates, pendiri Microsoft ini juga adalah salah satu orang terkaya dunia. Dengan kerja kerasnya dan keahlian komputernya sejak kecil, ia berhasil mendirikan perusahaan raksasa yang terus berkembang. Ia memiliki keluarga yang bahagia, istri yang cantik dan anak -- anak yang sempurna. Ia juga berkeliling dunia untuk menginspirasi banyak orang dengan kisah yang mampu membangkitkan semangat setiap orang yang mendengarnya. Saya kembali mengajukan pertanyaan kepada diri saya "Bisakah saya, yang bukan siapa -- siapa, seperti Bill Gates?"
Atau bisakah saya seperti Mother Theresa, seorang yang memberikan hidupnya bagi orang lain dengan menolong orang yang terabaikan yang tidak diterima oleh masyarakat. Mendirikan penampungan bagi penderita HIV/AIDS, TBC, dan kusta hanya satu dari dari ratusan pekerjaan kemanusiaan yang dilakukannya. Tidak heran apabila ia menerima berbagai penghargaan, dan salah satunya adalah penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 1979. Ia bahkan menjadi salah satu tokoh yang paling dikagumi dalam sejarah. Mother Theresa sungguh luar biasa.
Namun, kutipan dari Benyamin Franklin, bapak pendiri Amerika Serikat, yang mengatakan " Tragedi di dalam kehidupan adalah saat kita terlalu cepat menjadi tua namun terlambat menjadi bijaksana" menolong saya untuk mengevaluasi hidup saya untuk lebih berarti walaupun saya bukan orang terkenal dan tidak kaya. Waktu terus berlalu bagaikan anak panah, dan waktu tidak dapat diputar, jangan sampai kita menyesal karena menghabiskan hidup kita dengan tidak melakukan hal yang berarti. Kita tidak perlu menunggu menjadi orang terkenal dan kaya untuk dapat membuat hidup kita lebih berarti. Mari lakukan 3 hal ini untuk menjalani hidup yang lebih berarti.
Bawalah Jiwamu ke tempat pekerjaan
Francis de Sales menuliskan " Jangan terlalu banyak berharap menjadi "sesuatu", tetapi jadilah sempurna dengan menjadi dirimu sendiri dengan melakukan yang terbaik". Ini berarti jika kita bekerja dalam perusahaan atau memiliki usaha sendiri, maka hal yang paling penting adalah menikmati pekerjaan itu dan memberi yang terbaik. Menikmati pekerjaan berarti membawa jiwa kita ke sana. Jika kita menikmati pekerjaan itu, maka seberat apapun pekerjaannya, kita tidak akan mengeluh. Permasalahan banyak orang adalah ketika mereka tidak mengerti tujuan dari bekerja. Yang mereka ketahui adalah mereka bekerja untuk membiayai hidup. Tentu tidak salah, namun itu saja tidak cukup.
Tidak mengapa kalau kita salah memilih pekerjaan pada mulanya, tetapi jangan mau terbawa terlalu jauh dari pekerjaan yang tidak disukai. Mulailah dengan mengambil waktu untuk berpikir tentang passion kita. Ketika kita mau merancang hidup kita dari awal, jangan membuat pencapaian materi sebagai standar hidup kita. Materi akan datang dengan sendirinya jika kita bekerja keras dan bersungguh -- sungguh.
Pemahaman kita akan hidup harus jauh lebih dalam ketika kita mengatakan "hidup saya lebih berarti jika saya bekerja dengan sungguh -- sungguh dan menikmatinya". Orang yang membawa jiwanya ke pekerjaan akan melakukan pekerjaannya dengan senang hati walaupun ia tidak mendapatkan keuntungan finansial yang tinggi, atau menjadi sangat kaya karena pekerjaannya itu. Sebaliknya, orang yang mendapatkan keuntungan finansial tinggi dan menjadi kaya karena pekerjaannya, apabila ia tidak menikmati pekerjaan itu maka hidup akan terasa sia -- sia.
Tidak heran mengapa orang banyak yang menjadi frustrasi karena pekerjaan yang makin berat tapi tidak diimbangi dengan rasa nyaman dan aman ketika bekerja. Perhatikanlah orang -- orang yang suka terlambat ke tempat pekerjaan, malas bangun untuk bekerja di pagi hari, dan mulai bekerja asal - asalan ada kemungkinan mereka sedang tidak menikmati pekerjaannya.
Passion saya adalah mengajar di sekolah menengah. Beberapa tahun lalu, demi materi dan prestise, saya memilih menjadi dosen. Saya dibayar dengan sangat baik. Sayangnya, saya tidak menikmati pekerjaan itu walaupun sama -- sama mengajar. Saya merasa salah langkah, namun tidak menyesalinya karena itu menjadi pembelajaran penting bagi saya untuk tidak membuat materi dan prestise sebagai standar hidup.
Saya menjadi sangat bersyukur ketika kembali menjadi guru di sekolah menengah atas dengan gaji yang tidak begitu besar. Namun, saya menikmati setiap hal dalam pekerjaan saya. Saya mengajar di kelas dengan sungguh - sungguh dan memastikan siswa pulang dengan membawa ilmu yang terus diperkaya. Mendidik dan menolong mereka menemukan passion dengan satu harapan kelak mereka akan menjadi orang yang memiliki hidup yang lebih berarti adalah tujuan saya sebagai guru. Saya mengatur waktu untuk memanggil satu persatu untuk menanamkan pada mereka agar memiliki kedisplinan dan tidak menjadikan uang sebagai standar hidup.
Materi dan kehormatan akan mengikuti mereka jika mereka bekerja sesuai dengan passion. Bukankah usaha tidak menghianati hasil? Atas izin yang Maha Kuasa, kita pasti dapat mendapatkan materi yang cukup bahkan bisa jadi lebih dari cukup jika kita tulus bekerja.
- Miliki kemurahan hati
Kemurahan hati berarti mengerti orang lain dalam segala keadaan. Namun, ada pemahaman yang lebih dalam. Kemurahan hati diartikan sebagai kebaikan yang diberikan kepada orang lain walaupun kita sendiri sedang mengalami masalah pelik dengan hidup seperti kesulitan ekonomi, masalah kesehatan, dan keluarga. Permasalahan hidup yang begitu banyak telah meremukkan jiwa banyak orang, mungkin termasuk kita.
Namun, seperti madu yang paling baik yang dihasilkan dari bunga Rosemary, bunga yang kecil dan pahit, demikianlah kebaikan kita seharusnya dipraktekkan walaupun kita dalam keadaan sedih dan mengalami banyak kesulitan. Kita harus melatih diri kita untuk menunjukkan kebaikan walaupun kita dalam keadaan sulit, tidak kaya, apalagi tidak terkenal. Kemurahan hati menghasilkan keramahan yang tulus. Kita dapat mempraktekkannya di rumah, di tempat kerja, di pasar, dan di mana saja. Kemurahan hati yang paling sederhana namun berdampak besar adalah senyuman dan sapaan yang tulus.
Sebagai seorang pendidik, saya melatih diri untuk mengabaikan persoalan pribadi supaya bisa menolong anak didik saya. Saya mengerti bahwa beban mereka sudah cukup banyak dan mereka bukanlah orang yang dapat saya ajak untuk berbagi beban. Karena itu saya tidak menuntut mereka untuk mengerti dan menghormati saya. Ketika di pagi hari saya bertemu dengan anak -- anak yang kelihatan tidak semangat, saya menghentikan langkahnya sebentar dan melemparkan senyum dan menanyakan kabarnya.
Saya meyakini bahwa senyuman dan sapaan yang tulus membangkitkan semangatnya. Saya begitu puas ketika melihat mereka tersenyum lebar dan menjawab sapaan saya. Ketika itulah saya merasa sangat berarti. Saya juga melatih diri saya untuk memberikan perkataan yang membangun kepada siswa dan rekan kerja saya. Perkataan yang tidak membangun membuat patah hati karena lidah tak bertulang seperti pepatah Inggris yang mengatakan "The tongue has no bones but strong enough to break hearts. Mind your words".
Saya melatih diri saya untuk memberikan kata -- kata yang membangun dengan sering memuji maupun ketika menegur orang lain dengan tetap jujur. Misalnya, jika rekan kerja memakai pakaian yang kurang bagus, maka saya lebih suka mengatakan "Baju ini sepertinya lebih cocok pakai warna ini" dibandingkan "jelek sekali penampilanmu hari ini". Memberi solusi jauh lebih baik daripada mencela. Mendengarkan keluh kesah orang lain juga hal lain yang dapat dilakukan untuk menolong orang lain. Memberi waktu mendengarkan tanpa memberi komentar kecuali diperlukan. Kebanyakan orang hanya ingin didengar bukan dikomentari apalagi dinasehati.
- Jujur pada diri sendiri
Kita mungkin orang yang selalu mengatakan "aku bahagia menjadi diriku sendiri", tapi di waktu yang sama sering tidak jujur pada diri sendiri bahwa kita membutuhkan orang lain. Ketika kita sedih, kita berpura -- pura bahagia. Kita mengatakan diri kuat padahal kita sangat lemah dan mungkin depresi.
Usaha kita untuk menutupi kelemahan dan kesedihan kita diibaratkan seperti bom waktu saja, sewaktu -- waktu akan meledak juga dan menghasilkan kehancuran yang sangat besar. Maka yang harus kita lakukan sebelum itu terjadi adalah kita harus mencari pertolongan dengan orang yang tepat. Milikilah komunitas dan teman yang baik. Jujurlah kepada mereka jika kita sedang sedih, akan tetapi kita tetap optimis dapat melaluinya. Memiliki teman di dunia maya memang tidak salah, tapi jauh lebih baik memiliki teman di dunia nyata. Memiliki teman dan komunitas tempat dimana kita bisa diterima dan dapat berkarya. Ketika kita memiliki komunitas dan sahabat -- sahabat yang baik, maka hidup kita akan lebih berarti.
Akhirnya, kita tidak perlu menunggu menjadi orang hebat untuk dapat memiliki hidup yang berarti. Hidup kita yang singkat ini harus kita isi dengan penuh arti. Saya telah membuktikan bahwa walaupun saya bukan Jack Ma, Bill Gates, dan Mother Theresa, namun saya memiliki semangat yang kuat untuk membuat hidup lebih berarti. Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H