Lihat ke Halaman Asli

Mercy

Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Siapapun Wagubnya, Gubernurnya tetap Ahok

Diperbarui: 6 Agustus 2016   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat datang Kompasianer. Haters dan lover Ahok pembaca tulisan ini.

Melihat peta politik Pilkada Gubernur DKI Jakarta, pasti makin seru pertarungan ide dan konsep antara Lovers dan Haters Ahok.  Kedua kubu  memperebutkan Swing Voter yang katanya masih 80% dari Pemilik KTP DKI Jakarta. Agak bingung juga sih kalau dihitung 80% dari pemilik KTP Jakarta yang 7 juta =  5,6 juta  KTP lagi. Walah banyak juga ya. 

Buat yang nggak ber-KTP Jakarta, please mingkem ya. Apalagi buat mbak TKW dan mas TKI yang kerja di Arab sana. please mingkem. Anda cukup jadi pengamat kebatinan. Ntar kalau ada pemilihan RT atau RW, lurah, dan seterusnya,  di kampungnya, silakan berkoar-koar lagi.

Sebagai pemilik KTP Jakarta, saya tertawa geli melihat justru yang ngamuk karena Ahok akhirnya memilih jalur Parpol, ternyata bukan pemilik KTP Jakarta. Teman Ahok membuka data bahwa 1 juta lebih pemilik KTP DKI Jakarta yang sudah sepakat, KTP Gue Buat Ahok, ternyata masih solid. 

Para Temen Ahok ini bukan orang bodoh kok, mereka mendukung Ahok lewat jalur partai karena sadar sesadar-sadarnya bahwa itulah win win solution. Semua orang yang pernah ikutan sebagai calon Komisioner KPU dan KPUD tahu persis, persyaratan untuk jadi calon independen sangat-sangat sulit.  Mesti ngumpulin KTP 500.000 orang.  Nah itu juga bakal dipersulit lagi dengan berbagai aturan yang judulnya,  bikin tambah beban untuk meraih kursi DKI 1 lewat jalur independen.

Buat yang belum pernah denger, sekitar 7 tahun lalu sebenarnya Ahok pernah menempuh langkah awal menjadi calon independen  Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, siapa yang kenal Ahok? Kabarnya untuk mengumpulkan dua ribu KTP saja, Ahok nggak mampu. Bahkan kisah nyata, Ahok akhirnya mengirim sms minta maaf kepada seribu orang yang sudah memberikan KTP. Bahwa karena kuota sekitar 2000 KTP tidak terpenuhi, maka Ahok tidak bisa maju sebagai calon Gubernur independen di Jakarta. 

Jadi saya haqul yaqin kalau Ahok sangat menghargai Teman Ahok yang terbukti menggaet lebih dari 1.000.000 KTP warga Jakarta. Makanya, nggak usah bingung, atau malah manas-manasin seolah olah Teman Ahok ditinggalkan. Bahwa pilihan Ahok lewat jalur paryai adalah strategi terbaik saat sikon politik sekarang.

Strategi para calon DKI 1

Jadi daripada ngabisin energi ngurusin berbagai persyaratan sebagai calon independen sesuai permintaan wasit Pilkada, mending Ahok focus pada strategi pemenangan. Hari ini Ahok sudah memutuskan Nusron Wahid, yang  politikus muda Golkar menjadi panglima pertarungan Ahok.  Hmmm, mantap juga.

Sementara kita belum dengar strategi kubu lawan pertama Ahok, Sandiaga Uno.  Namun kemungkinan, Sandi akan menggaet mantan menteri yang baru dilengserkan  Presiden Jokowi. Entah Anies Baswedan atau Rizal Ramli. Atau mencoba menggandeng tokoh "setengah matang politik" karena belum pernah jadi eksekutif kepala daerah.

Dalam beberapa wawancara Sandi mencoba analogi David versus Goliath pada Pilkada 2017 nanti. Sorry mas Sandi, saya melihatnya pertarungan antara Sandi sang petugas partai, bersaing dengan Ahok, pemimpin merdeka tak bisa didikte partai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline