Lihat ke Halaman Asli

Mercy

Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

In the Middle of Demo Supir Taksi Jakarta

Diperbarui: 22 Maret 2016   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seumur-umur baru kali ini saya terjebak demo, yang katanya demo damai, tetapi ternyata penuh amarah.  Sekitar pukul 8 saya dengan tenang masuk jalan tol Kelapa Gading menuju Polda Metro Jaya. Hari ini saya diundang seminar  Pendidikan Sains  di Gedung Kemdikbud Jl Sudirman Senayan Jakarta.

Dari Kelapa Gading jalan tol lancar, dan saya sudah bersorak, wow bisa cepet nih sampai ke tujuan. Ternyata begitu masuk belokan Cawang, eng ing eng, ratusan mobil dari arah tol Cikampek menuju Jakarta, sudah berada di jalan tol. Mulailah perjuangan mengarungi jalan tol super macet cet cet.  Dari Cawang menuju pintu Polda Metro Jl Gatot Subroto, asli 3 jam, 180 menit. Sekitar 3 km terjadi antrian puluhan mobil yang tujuannya mau keluar tol. Mulailah tampak taxi warna putih Express parkir (parkir loh) di jalan biasa lajur paling  kanan, dan puluhan supir taksi berkeliaran. 

Beberapa petugas polisi, lelaki perempuan, terlihat di antara para supir taksi. Hmmmm, bukannya ngatur lalu lintas nih polisi, malah berdiri aja di pinggir jalan biasa. Sekitar 50 meter di mulut pintu keluar Polda Metro Jaya, eh baru diinfo kalau pintu tol keluar, ditutup. Hadoooh kenapa nggak dari 1 km tadi sih?

In the middle of Demo Taxi

Selanjutnya saya terpaksa keluar dari pintu tol DPR MPR, padahal puncak demo supir taksi hari ini ada di kawasan itu. Saya ikutin aja deh.  Baru mikir gitu, lalu entah gimana, persis di belakang mobil saya, ada dua taksi warna biru yang dihentikan para supir taksi.  Saya katakan mereka supir taksi, karena jelas ada nametag para supir taksi yang berseragam. Mobil saya langsung disuruh segera pergi. "Ibu cepet cepet pergi, jangan di sini," begitu saya diteriakkan beberapa supir taksi lainnya yang ternyata sudah berdiri di tengah di jalan tol.

Hmmm, kemana nih petugas jalan tol?  Tarif tol naik melulu, tetapi kalau ada problem di jalan tol, petugasnya mana???

Kebetulan saya sempat merekam, bagaimana ganasnya para supir taksi ini. Mengerikan dan saya jadi mengerti jika di sosmed, banyak sekali kecaman dari Nitizen terhadap taksi berwarna biru ini. Memang terbukti, supir taksinya anarkis. Siapa lagi yang mau naik taksi yang supirnya anarkis.

Lalu entah gimana, tiba-tiba supir taksi yang tadinya berdiri tenang, berlarian dan berteriak, "itu uber, uber.  tahan, bakar." Saya berhenti dan menengok sejenak, dan sekitar 20an supir taksi sudah mengepung mobil yang dituduh supir uber.  Untungnya saya melihat ada polisi sendirian, yang menghalangi niat itu. Dan Puji Tuhan, supir yang dituduh Uber itu bisa lolos dan tancap gas.

Saya masih menyimpan rekaman langsung saat demo, saya mendenger ada kata-kata, bakar saja taksinya, tarik supirnya. 

Bahkan saya melihat, penumpang Silver Bird (blue bird yang mahal) diturunkan di jalan tol, karena supir taksi dipaksa untuk ikut demo. Kasihan juga penumpang taksi tersebut, karena mau tidak mau, dia mengaku akan telepon Uber untuk menjemput dia. "Karena saya tidak mungkin setop taksi di jalan tol, lagipula supir taksi semua diwajibkan demo," begitu ucap sang penumpang yang baru saja diturunkan oleh pengemudi taksi.

Muter-Muter dan Rugi BBM

Kembali ke perjalanan saya. Ternyata betul, sekalipun pintu tol depan Gedung DPR MPR dibuka, ternyata mobil tidak bisa kemana-mana. Mobil yang sudah berhasil keluar dari pintu tol, ternyata mandek karena sudah terkepung puluhan taksi yang parkir saenake dewe di sepanjang jalan gedung DPR MPR sampai ke Kementerian Kehutanan.

Saat mau keluar pintu tol DPR/MPR itu, ada bapak yang tidak berkostum apapun (bukan polisi, bukan petugas tol, bukan supir taksi) menyarankan saya keluar di pintu Slipi. Hah?  Slipi? Jauh banget ya. Saya cuma mau ke Kemdikbud, di Sudirman Senayan. Tapi melihat sikon akhirnya mau tak mau saya benar-benar berjalan-jalan mengitari Jakarta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline