Lihat ke Halaman Asli

Mercy

Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Waspadai Capres yang Pura-pura Merakyat!!!

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Statement unpublished ini terngiang-ngiang di pikiran saya, sejak mendengar pengakuan dari seorang jenderal (purn) yang terbukti punya kapasitas dan relativitas dengan para capres Indonesia 2014. Beliau mengenal secara pribadi maupun secara profesional dengan Aburizal Bakrie, Prabowo, Megawati, dan (mau nggak mau mesti menyebut) Joko Widodo.

Dan begitulah statement pak Jenderal tadi, ada capres yang benar benar merakyat dan waspadalah pada capres yang pura-pura merakyat. Bahkan pak Jenderal mengaku salut kabeh dengan pemimpin yang merakyat itu, karena ia sendiri sadar tidak mampu. "Saya masih suka pakai rolex. Masih nyaman dengan naik turun mobil bagus, dan menikmati kenikmatan duniawi. Demikian juga keluarga saya."

Ucapan Jenderal itu jelas memancing keingintahuan peserta seminar yang mayoritas para caleg. Ups saya bukan caleg, jadi tidak punya hasrat untuk membela partai apalagi ketua partai.

Siapa capres yang Pak Jenderal kagumi itu, dan siapa yang pura-pura merakyat?

Sebelum menjawab secara gamblang, Jenderal ini ternyata membawa segepok data baru nan akurat seputar Capres dan  posisi partai yang menjadi  pilihan rakyat per April 2014. Data sudah dianalisis dengan sample error yang minimal banget.

Kalau Pak Jokowi beneran jadi capres, maka sebagaimana survey yang sudah-sudah, pemilihan presiden Indonesia 2014 tidak seru seru banget, karena pemenangnya sudah ketahuan. Yang kecipratan untung adalah PDI Perjuangan.

Sebaliknya jika Jokowi, akhirnya tidak maju 2014, maka pertarungan capres lumayan seru, antara Aburizal Bakrie dan Prabowo. Sementara kans Megawati, pelan tapi pasti akan melorot dan dibawah perolehan Ketua Partai Golkar atau Gerindra tadi.

Apa yang membuat Jokowi maju atau tidak maju sebagai Capres?

Pertanyaan yang bikin kepo, apa yang membuat Jokowi tidak maju ke pemilihan capres? Rupanya tidak sesederhana, dapat restu atau tidaknya dari Megawati. Tidak juga urusan beberapa kalangan masyarakat yang akan mencap Jokowi, kutu loncat, belum kelar menjadi Walikota Solo sekarang Gubernur DKI Jakarta, eh sekarang mau jadi Presiden Indonesia. Tidak sesederhana itu ...

Pengamat politik Boni Hargens yang ceplas ceplos dan terkadang los,  menganalisis Jokowi efek. Boni sebutkan maju atau tidaknya Jokowi pasti penuh perhitungan. Di Indonesia ini ada  sekelompok pengusaha yang membentuk  kartel yang maha kuasa, yang sesungguhnya menguasai  perdagangan, industri, tambang dari hulu ke hilir.  Jadi sepanjang kepentingan dan kenyamanan bisnis kartel ini dijamin tidak terganggu, maka Jokowi akan selamat menjadi Presiden Indonesia 2014 - 2019.

Namun kelihatannya kartel ini masih main petak umpet dengan Jokowi, yang kemungkinan "sulit" mereka kendalikan. Mengapa sulit? Jika Jokowi benar-benar Presiden yang merakyat, yang memikirkan kepentingan rakyat, maka mau tidak mau Jokowi harus berhadapan dengan kepentingan kartel tadi. Jadi musuh rakyat Indonesia saat ini, (semoga saya salah) adalah segelintir manusia serakah yang membentuk kartel penguasa segala kepentingan ekonomi Indonesia, dari hulu ke hilir, dari hilir ke hulu,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline