Lihat ke Halaman Asli

Isu dan Tren Akuntansi Masa Depan di Era Kecerdasan Buatan: Peluang atau Ancaman?

Diperbarui: 22 November 2024   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), akuntansi menghadapi persimpangan yang menarik. Teknologi seperti machine learning, big data, dan robotic process automation (RPA) telah mengubah praktik dasar akuntansi, mulai dari pengolahan faktur hingga analisis laporan keuangan. Artikel karya Burhanuddin Alghafiqi (2022) berjudul "Dampak Teknologi Artificial Intelligence pada Profesi Akuntansi" menyoroti dampak besar AI terhadap profesi akuntansi, khususnya kemampuannya untuk menggantikan tugas-tugas rutin dan mempercepat pengambilan keputusan. Namun, di balik kemajuan ini, ada implikasi mendalam yang patut direnungkan, terutama dari sudut pandang masyarakat luas.

Bagi perusahaan, adopsi AI menawarkan efisiensi yang luar biasa. Proses manual yang selama ini memakan waktu kini dapat diselesaikan dalam hitungan detik. Misalnya, teknologi seperti robot keuangan mampu menyusun laporan keuangan dengan akurasi tinggi, bahkan tanpa keterlibatan manusia. Hal ini membuka peluang bagi pelaku usaha kecil yang sebelumnya terbatas pada sumber daya keuangan dan tenaga ahli. Dengan AI, mereka dapat mengakses analisis keuangan yang canggih tanpa perlu menyewa tenaga akuntansi profesional.

Namun, bagi para pekerja, otomatisasi ini menghadirkan ancaman serius. Menurut penelitian yang disampaikan dalam artikel Burhanuddin Alghafiqi (2022), 96% pekerjaan akuntansi dasar berpotensi tereliminasi karena AI. Ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana nasib akuntan yang bergantung pada keterampilan tradisional? Pergeseran ini memaksa individu untuk beradaptasi dengan cara meningkatkan keahlian, seperti pemrograman dan analisis data, atau menghadapi risiko kehilangan pekerjaan.

Implikasi lainnya terletak pada sistem pendidikan. Lembaga pendidikan harus mengubah kurikulumnya untuk menyiapkan lulusan yang tidak hanya memahami prinsip-prinsip akuntansi, tetapi juga mampu mengoperasikan teknologi AI. Pendidikan berbasis liberal yang mengutamakan etika dan pemikiran kritis perlu dikombinasikan dengan pelatihan teknis agar lulusan mampu bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin kompleks.

Bagi masyarakat umum, perkembangan ini membawa dampak ganda. Di satu sisi, penggunaan AI di bidang akuntansi dapat meningkatkan transparansi dan akurasi laporan keuangan. Hal ini mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik oleh konsumen, investor, dan regulator. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada teknologi juga berisiko memperbesar kesenjangan akses. Mereka yang tidak memiliki literasi teknologi berpotensi tertinggal, sementara perusahaan besar yang mampu mengadopsi AI justru semakin mendominasi pasar.

Jadi, apakah AI adalah peluang atau ancaman? Jawabannya bergantung pada perspektif kita. Bagi mereka yang mampu beradaptasi, AI membuka peluang untuk eksplorasi peran baru yang lebih strategis, seperti penasihat keuangan atau analis risiko. Tetapi bagi mereka yang tidak siap, AI menjadi ancaman eksistensial. Yang jelas, masa depan akuntansi kini tidak lagi ditentukan oleh angka semata, tetapi oleh kemampuan manusia untuk tetap relevan dalam lanskap teknologi yang terus berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline