Lihat ke Halaman Asli

Tony Ibrahim

Seorang yang suka menghabiskan waktu sendiri

Bantu Pemprov Jatim Putus Mata Rantai Penyebaran Covid-19, Untag Surabaya Laksanakan KKN "Kampung Tangguh"

Diperbarui: 4 September 2020   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dimasa pandemi Covid-19 membuat kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) tidak dapat dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya kegiatan KKN dilakukan secara berkelompok disuatu desa, maka dengan adanya standart keamanan untuk pencegahan virus Covid-19 membuat KKN saat ini dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa.

Bertemakan "Kampung Tangguh" untuk membantu Pemprov Jawa Timur Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan UNTAG surabaya meminta mahasiswanya untuk melaksanakan program kegiatan KKN mandiri bertemakan kampung tanggung dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 yang dilaksakan pada periode bulan agustus tanggal 11-31 didekat tempat tinggal mereka masing-masing.

Pihak kampus berharap dalam program KKN kampung tangguh ini mahasiswa dapat berperan aktif dalam lingkungan masyarakat mensosialisasikan bahaya virus Covid-19.

Salah satu mahasiswa prodi teknik industri UNTAG surabaya Tony Ibrahim atau yang akrab disapa Tony ini melakukan kegiatan KKN didaerah tempat tinggalnya Desa Babadan RT.10 RW.03 dengan melakukan pemabagian handsanitizer yang dilakukan bersamaan dengan pelatihan pembuatan serta sosialisasi pentingnya penggunaan handsanitizer.

Stigma warga desa bahwa handsanitizer adalah barang yang mahal serta rendahnya kepedulian warga akan pentingnya menjaga kebersihan tangan, salah satunya dengan menggunakan handsanitizer memberikan gagasan tersendiri untuk Tony mahasiswa UNTAG surabaya untuk menciptakan kesadaran masyarakat betapa pentingnya menjaga kebersihan tangan dimasa pandemi Covid-19 

" Jika kita tahu komposisi pembuatan handsanitizer sesuai standart WHO tentunya dan meracik sendiri dengan membeli bahan baku di toko kimia terdekat, maka harganya sebenarnya cukup ekonomis, berbeda jika kita membeli handsanitizer di apotik karena sudah ada label menjadikan harganya lebih mahal, dan saya bersyukur gagasan untuk kegiatan sosialisasi pembuatan serta pembagian handsanitizer direspon positif oleh ketua RT dan warga desa babadan". Kata Tony mahasiswa prodi teknik industri UNTAG Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline