Ini benar-benar terjadi di daerah saya. Saya tinggal di kawasan pertanian sawah. Ketika saya diam ngelamun di suatu Saung dekat sawah, sesosok bapak-bapak dengan raut wajah lumayan sangar dan kumis seperti pagar kabupaten datang menghampiri dan duduk di samping saya. Sontak saya sangat ketakutan. Apalagi ketika saya melihat ditangannya sebuah Bedog atau biasa disebut Golok yang berlumur darah. Sampai-sampai saya tidak berani memandangnya, sieun pokona mah..
Ketika saya memberanikan diri untuk memandang wajah bapak itu,tiba-tiba dia pun melihat kearahku. Saya shock ketika itu. Saya langsung memalingkan muka.. Kemudian dia menyapaku, dan memanggil namaku.
“keur naon Dji?” ujar bapak itu yang artinya “sedang apa kamu Dji”. Wah, kok dia tau namaku? Jangan-jangan dia mempunyai ilmu kanuragan. Dengan penuh rasa takut,saya kembali melihatnya dan menjawab pertanyaan bapak itu. Ketika saya hendak menjawab, setelah saya ingat-ingat, ternyata itu Mang Wasim, petani kelas kakap dan mempunyai skill tinggi dalam urusan bersawah. Namanya juga terkenal se-antero desa. Tapi kini sawahnya telah hancur akibat peristiwa 20 april, yaitu peristiwa meluapnya empang besar Bah Pujo.
“Ehh, Mang Wasim. Enggak, ini lagi nyari angin. Dirumah banyak tamu, jadi sumpek”.
“Oh, kirain sedang apa sendiri disini”. Jawabnya.
“Mang sedang apa juga disini. Bawa-bawa golok segala”.
“Mang habis membunuh Dji”.
Teg, hatiku berhenti berdetak. Rasa takut saya kembali muncul. Langsung saya berniat untuk lari meninggalkan Mang Wasim. Tapi dengan sigap dan cekatan, dia meraih tanganku.
“Mau kemana heh, sudah disini aja!”. Ujarnya.
“Saya takut mang,”
“Lho kok takut kenapa?”
“Ternyata Mang yang selama ini terkenal dengan kemampuan bersawah dan terkenal se-antero desa adalah seorang pembunuh”.
Dia malah tertawa mendengarku bicara.
“Apa yang Mang tertawakan?”. Tanyaku.
“Hahaha.. Lucu saja liat kamu bicara”.
“Memang apa yang lucu? Sebenarnya siapa gerangan yang Mang Bunuh?”
Seketika raut wajah Mang Wasim kembali menyeramkan dan berhenti dari tertawanya. Dan dia menjawab,
“Mang telah membunuh……….Beurit (tikus)”.
Dan ketika saya melihat sudut lain dari sawah, ternyata puluhan orang sedang beramai-ramai memburu tikus yang meresahkan warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H