Lihat ke Halaman Asli

Ibnu umar fahdri

Mahasiswa IAIN syekh Nurjati Cirebon

Menelaah Fenomena Gen-Z yang Dagang Tergantung Mood

Diperbarui: 5 Desember 2024   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.kompasiana.com/mohilhamramadan/5f491857097f3615857fe802/4-cara-mudah-menghilangkan-bad-mood

Pernah nggak sih, kamu nemu temen kamu yang pre-order, terus pas mau chat, eh, dia ga jadi open PO karena tiba-tiba bad mood. Sebagai sesama manusia, aku paham banget perasaan mereka. Tapi kalau aku jadi pembelinya, rasanya kayak, "Loh, ini jualan apa curhat?". Tapi aku juga termasuk salah satu penjual Gen-Z yang begitu sih hehehe.

Kalau kita bicara soal Gen Z, mereka memang generasi yang unik banget. Di satu sisi, mereka kreatif, inovatif, dan berani ambil risiko. Tapi di sisi lain, dagang bisa berhenti cuma gara-gara "hari ini lagi nggak pengen ngomong sama orang." Menurutku, ini ada kaitannya sama cara mereka memandang hidup dan pekerjaan. Gen Z ini termasuk aku, kadang nggak sekadar cari uang, aku juga cari makna.

Kalau dipikir-pikir, ini ada sisi ilmiahnya, lho. Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat peduli dengan work-life balance. Mereka nggak mau hidup cuma untuk kerja atau dagang. Jadi, kalau mood mereka lagi drop, mereka cenderung ngambil jeda untuk recharge. Ini bisa jadi efek dari budaya self-care yang sangat digaungkan di era digital.

Tapi, masalahnya, dalam bisnis, konsistensi itu penting banget. Bayangin kalau Alfamart atau Indomaret ikutan mood-moodan: "Maaf, Alfamart cabang sini lagi libur karena kasirnya nggak mood." Chaos banget, kan?

Di sisi lain, aku juga melihat ini sebagai bentuk pemberontakan terhadap pola kerja generasi sebelumnya. Gen Z nggak mau terjebak dalam gaya hidup hustle culture yang bikin mereka burnout. Mereka lebih memilih dagang dengan cara yang lebih authentic dan sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Nah, yang lucu, kadang mood mereka ini bisa jadi alasan pembeli untuk tambah penasaran. Aku pernah lihat toko online yang bilang: "Mood admin naik kalau banyak yang like, follow, dan komen." Jadi, pembeli malah rame-rame kasih like biar adminnya mau buka toko. Teknik marketing macam apa ini?. Kadang-kadang mood yang nggak stabil itu justru jadi daya tarik. Tapi inget, dagang tetap butuh konsistensi.

Sebenarnya, nggak ada yang salah dengan dagang sambil menjaga mood. Tapi menurutku, Gen Z juga perlu belajar untuk membedakan mana yang personal dan mana yang profesional. Karena, kalau setiap keputusan bisnis cuma bergantung pada mood, dagangnya bakal susah berkembang. Itu juga yang aku rasain hehehe.

Jadi, buat kamu yang merasa sering dagang mood-moodan, coba deh mulai bikin sistem yang lebih rapi. Misalnya, bikin jadwal buka toko yang tetap, atau punya admin cadangan kalau kamu lagi nggak pengen berurusan sama pelanggan. Karena, pada akhirnya, pelanggan nggak peduli seberapa galau kamu. Mereka cuma peduli kapan pesanannya bisa dikirim.

Gimana menurut kamu? Apakah kamu juga sering mood-moodan kalau dagang? Atau malah punya pengalaman lucu dengan penjual yang mood-nya kayak roller coaster? Share cerita kamu di komentar, ya. Kita diskusi sambil ngopi bareng (kalau mood aku lagi bagus mwheheheh).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline