Harus diakui hanya PKS lah partai yang sudah ikut berlaga dalam pemilu selama 3 kali yang mengalami kenaikan suara dan kursi di DPR RI. Dari hanya di bawah 2 persen di tahun 1999, menjadi 7 sekian persen di pesta demokrasi 2004. Pada 2009 pun ternyata mendapatkan jumlah kursi yang jauh lebih tinggi, yaitu 57 kursi parlemen.
Setelah dikaji, ternyata tidak ada yang istimewa dari partai yang dilahirkan di zaman reformasi ini. Namun anehnya kok senantiasa mendapatkan suara yang terus mananjak? Setelah dilakukan penelitian sederhana, ternyata inilah yang membuat PKS disebut partai yang biasa-biasa saja, namun diharapkan oleh rakyat Indonesia.
Pertama, PKS biasa memberi bantuan ke masyarakat
Harus diakui mungkin hanya PKS satu-satunya partai yang paling doyan memberi bantuan. Kebiasaan ini tidak terjadi beberapa tahun belakangan saja, tetapi sudah menjadi ritme dari awal berdirinya partai (dulu Partai Keadilan). Bahkan konon katanya jauh sebelum berdiri partai pun, kader-kader yang dikenal dengan gerakan tarbiyah ini kerap memberi bantuan sosial.
Hampir di setiap bencana yang melanda negeri ini, ternyata kader-kader PKS selalu ada untuk membantu. Tsunami Aceh, gempa di Jogjakarta, banjir di ibu kota Jakarta dan seabrek lainnya adalah menjadi bukti nyata PKS selalu terbiasa untuk menjadi garda terdepan dalam memberi pertolongan.
Tidak itu saja, hampir di setiap kecamatan di Indonesia, kader-kader PKS juga selalu membuat program sosial. Setidaknya ada pengobatan gratis, pembagian sembako atau mungkin memberi beras dengan menukarkan sampah. Coba bayangkan, ada berapa banyak kecamatan di Indonesia?
Meski demikian, tidak sedikit yang nyiniyir dengan aksi sosial PKS. Bagi mereka membantu ya membantu tak usahlah membawa bendera? Padahal urusan bendera adalah suatu identitas. Tengok saja, hampir semua institusi yang membantu pasti menampakan “bendera”nya. Stasiun televisi memberi bantuan juga menampakan “benderanya”, kementerian memberikan bantuan menampakan “benderanya” bahkan lembaga zakat sekalipun itu juga tetap menampakan benderanya. Jadi apa yang salah?
Menurut saya itu adalah argumentasi orang yang panik. Ibarat cerita Singa yang ingin memakan buah anggur yang tinggi. Karena tidak pernah bisa memakannya, si Singa kemana-mana akan mengatakan kepada hewan yang lain, anggur itu tidak enak, anggur itu asem, anggur itu pahit dll.
Kedua, biasa kadernya tetap solid
Banyak orang mengira, pasca tersandung kasus impor sapi, kesolidan kader PKS akan tamat. Rupanya dengan izin Allah, pendapat banyak orang dapat dijungkirkan. Hanya berapa minggu panasnya berita itu, pilkada Jawa Barat dan Sumatera Utara jutru dimenangkan calon dari PKS. Dan setelahnya muncul beberapa pilkada yang dimenangkan oleh kader-kader PKS. Alhamdulillah.
Dan biasa, para pembenci akan terus mencari seribu satu alasan bahwa kemenangan itu tidak datang karena kekuatan PKS. Memang benar, kemenangan itu juga ada kontribusi partai lain, cuma jika pasangan PKS kalah, maka PKS akan menjadi sasaran hujatan. Lucu ya, kok gak adil.
Dan yang teranyar, kemampuan mobilitas kader PKS dalam memenuhi Gelora Bung Karno saat kampanye perdana hari Minggu lalu. Saya percaya “gara-gara” PKS mendapat giliran pertama menaklukan GBK, partai lain tidak akan memakai stadion kebanggan rakyat Indonesia itu. Bahkan sekali lagi “gara-gara” kesuksesan PKS memutihkan GBK, semua partai berpikir ulang dengan PKS sebagaimana statement Presiden Anis Matta.