Lihat ke Halaman Asli

Kang Jalal, Syiah dan Dunia Kampus

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menarik baru-baru ini. Rencananya tanggal 15 Agustus nanti Universitas Negeri Jakarta (UNJ)hendak mengadakan halal bi halal dengan mengundang cendekiawan Muslim Indonesia, Jalaluddin Rakhmat, untuk memberikan general stadium. Tapi info terbaru mengatakan kedatangan Kang Jalal (panggilan hangat Prof Jalaluddin Rakhmat) dibatalkan, karena banyaknya tuntutan dari kalangan mahasiswa yang biasanya tergabung dalam lembaga dakwah kampus. Ketidak setujuan itu didasarkan pada fakta bahwa Kang Jalal adalah tokoh besar Syiah di Tanah Air. Dianggap bahwa Kang Jalal beserta Syiah pada umumnya tak pantas diundang karena bukan lagi Islam. Syiah bukan bagian Islam. Atas ketidak senangan dan tuntutan tersebut Kang Jalal batal hadir. Fakta ini cukup mengherankan, mengingat hal ini terjadi di lingkungan akademis Kampus UNJ. Lingkungan yang sejatinya bernafaskan kebebasan berpendapat dan rasionalitas ini berubah sedemikian rupa. Mahasiswa yang seharusnya bersifat rasional, ternyata demikian dogmatis dalam berpikir dan beragama. Para penuntut menunjukkan berbagai bukti kesesatan (dari sudut pandang mereka)Kang Jalal dan Syiah diumbar di berbagai media sosial. Namun seperti biasa, suasana propaganda sangat kental. Tak ada dialog dan dialektika seimbang. Para mahasiswa yang idealnya begitu rasional, menjadi layaknya kelompok-kelompok keagamaan garis keras. Mereka lontarkan fatwa demi fatwa dan sebarkan dalil demi dalil dari teks-teks suci untuk menguatkan penyesatannya. Fakta demikian cukup menyedihkan kiranya, mengingat dunia kampus yang seharusnya demikian plural dan demokratis serta menghargai perbedaan pendapat ternyata telah begitu ekslusif dan dogmatis. Hal ini diakibatkan kelompok-kelompok keagamaan yang menjadi naungan mahasiswa (Islam) di sana ternyata adalah kelompok-kelompok ekslusif dan antiketerbukaan. Kiranya kita masih akrab berita salah satu organisasi keislaman di kampus ternyata memproduksi teroris. Lingkungan rasional dan plural dunia kampus dirusak sedemikian rupa oleh paham-paham ekslusivisme beragama. Kasus Kang Jalal di UNJ ini semestinya menjadi pelajaran bagi bangsa kita, bahwa bagaimana lagi harapan terciptanya generasi demokratis di Tanah Air bila kampus sebagai corong toleransi dan rasionalitas justru dikepung paham-paham ekslusif dan Islam politis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline