Lihat ke Halaman Asli

Amien Diteror, Amien Dikritik

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Amien Diteror, Amien Dikritik

Oleh Ibnu Purna

Hari ini (7/11/2014) hampir semua media cetak memberitakan peristiwa penembakan oleh orang tak dikenal terhadap mobil milik mantan ketua MPR Amien Rais dikediaman rumahnya, Kamis (6/11/2014) dini hari pk. 02.00. Peristiwa ini tentu saja mengejutkan kita semua, apalagi disaat politik sedang menghangat ketika DPR sedang terpecah belah dan mulai adanya penentangan dari masyarakat atas rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Banyak pihak yang menyayangkan peristiwa ini terjadi.

Meskipun yang ditembak adalah mobil milik Amien Rais yang sedang diparkir dirumah, namun bagi Amien Rais tentu saja ini merupakan teror terhadap dirinya. Bagi kehidupan demokrasi di Indonesia, ini bisa menjadi ancaman. Apabila teror-teror semacam ini dibiarkan berkembang, dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan demokrasi kita. Seseorang atau kelompok masyarakat dapat memaksakan kehendaknya dengan menggunakan senjata tajam. Itulah sebabnya Wapres Jusuf Kalla telah meminta Kapolri untuk segera mengusut kasus ini. "Kalau pimpinan seperti itu diteror, apalagi yang lain," kata JK di harian Republika (7/11/2014).

Pada saat tokoh nasional, politisi dan para pengamat mengutuk penembakan tersebut dan masih meraba-raba latarbelakang aksi penembakan tersebut, menarik pendapat Lely Arrieanie di Koran Republika (7/11/2014, hal. 8) yang menilai aksi penembakan kemungkinan besar disebabkan kekecewaan pelaku terhadap Amien Rais. Lely pengamat dan pakar komunikasi politik Indonesia yang pernah menjadi staf ahli Ketua MPR RI Taufiq Kiemas (Alm.) meminta Amien juga berintrospeksi agar sebagai guru bangsa tidak berpihak di salah satu pihak yang berkuasa. Sikap Amien yang mendukung salah satu koalisi bisa menjadi penyebab ada masyarakat yang kecewa yang selama ini mendukungnya. Menurut Lely Arrieanie, hal inilah yang kemungkinan besar menimbulkan tindakan teror itu. Simak biodata singkat Lely http://id.m.wikipedia.org/wiki/Lely_Arrianie

Dalam alam demokrasi ini semua pihak bisa berpendapat apa saja dibalik motif teror terhadap mantan Ketua MPR RI Amien Rais. Kebebasan berpendapat di Indonesia kini memang sangat terasa semakin bebas sejak era reformasi yang antara lain juga dipelopori oleh Amien Rais. Selain dugaan diatas yang dikemukakan oleh Lely Arrieanie, tentunya banyak pula dugaan-dugaan lain yang dianalisa oleh para pengamat politik. Dugaannya bisa saja berbeda, tidak seperti yang diduga oleh  Lely Arrienaie.

Dari pendapat yang dikemukakan Lely Arrieanie diatas ada beberapa pertanyaan kritis yang bisa dilontarkan. Pertama, apa saja kriteria seorang tokoh nasional bisa dianggap sebagai guru bangsa. Kemudian siapa yang menetapkan seseorang untuk dinobatkan sebagai guru bangsa. Apakah pemerintah, seperti halnya pemerintah menetapkan seseorang menjadi Pahlawan Nasional. Kedua, berdasarkan kriteria yang ada apakah Amien Rais memang layak dianggap sebagai guru bangsa. Ketiga, seandainya Amien Rais ditetapkan sebagai guru bangsa, apakah yangbersangkutan juga bersedia menerima gelar tersebut. Keempat, apakah sebagai guru bangsa yangbersangkutan memang tidak boleh berpihak pada salah satu koalisi yang sedang bertikai di DPR. Tentunya masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa dikembangkan.

Namun yang paling penting, sebenarnya setiap orang, termasuk Amien Rais memiliki hak berpolitik tanpa ada campur tangan dari siapapun juga. Seandainya analisa Lely Arrienaie diatas benar, tentunya pilihan politik Amien Rais tidak ada yang salah, bahkan  ini merupakan hak politik yang merupakan pemenuhan Hak Asasi Manusia. Jadi kritik terhadap Amien Rais sebenarnya kurang tepat, apabila dikaitkan dengan kehidupan demokrasi yang ingin kita wujudkan bersama. Amien Rais, seperti halnya rakyat Indonesia lainnya, memiliki hak untuk mendukung salah satu koaliasi yang saat ini sedang bertarung di DPR. Perjalanan kehidupan demokrasi di Indonesia memang masih panjang dan banyak tantangan. Semoga kita bisa menitinya dengan baik tanpa perlu tergelincir ke lubang yang dalam. Semoga. (Baca artikel lain di ibnupurna.id)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline