Lihat ke Halaman Asli

Mengantisipasi Dampak Serbuan Tiongkok ke Bali

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14181747732073499075

[caption id="attachment_381726" align="aligncenter" width="624" caption="KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Wisatawan mengunjungi lokasi wisata Pura Ulu Watu, Bali, Selasa (1/1/2011)"][/caption]

Dalam kesempatan ke Kota Denpasar, Bali, untuk menghadiri seminar internasional awal bulan Desember 2014, saya sempat beberapa hari bermalam di Hotel Grand Nikko, Nusa Dua. Dari namanya saja, semestinya banyak turis Jepang yang bermalam di hotel ini. Di loby hotel terdapat khusus restoran Jepang, bahkan sejumlah staf hotel berasal dari Jepang. Ini menunjukkan bahwa hotel ini banyak dikunjungi turis Jepang, sehingga diperlukan khusus staf hotel yang langsung diimpor dari Jepang.

Namun selama tiga hari bermalam di hotel Grand Nikko ini, anehnya saya tidak banyak menemui turis dari Jepang, justru sebaliknya saya banyak menemui turis-turis yang berasal dari Tiongkok, baik di lobi, restoran, kolam renang maupun di pantai. Sebenarnya suasana serbuan turis Tiongkok tersebut, tua muda, sudah terasa sejak dari penerbangan saya menggunakan pesawat Garuda Jakarta-Bali jenis Boeing 777. Hanya saja, waktu itu sepintas memang sulit membedakan antara turis Tiongkok, Taiwan, Jepang, atau Korea. Mereka ini, etnis kuning bermata sipit, memang sepintas semuanya mirip.

Dalam pembicaraan saya dengan petugas Grand Nikko Hotel, diinformasikan bahwa dulu memang turis Jepang sangat dominan jumlahnya yang bermalam di Grand Nikko Hotel. Kini situasinya sudah berubah, justru turis dari Tiongkok jumlahnya melebihi turis dari Jepang yang bermalam di Hotel Grand Nikko, Nusa Dua. Nampaknya ini sebagai dampak dari kemajuan ekonomi negara Tiongkok. Kemajuan ekonomi tersebut, tentunya terwujud dari pola hidup rakyat Tiongkok yang semakin makmur. Jaman dulu, orang China merasa cukup jika sudah memiliki rumah, pasangan hidup, dan mesin jahit. Sekarang tentunya sudah berubah. Selain rumah, pasangan hidup, dan mesin jahit, mereka juga dituntut harus memiliki mobil, mempersolek diri dan melakukan wisata ke negara-negara lain, termasuk ke Bali.

Bali saat ini menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati rakyat Tiongkok yang memiliki kelebihan uang. Bagi warga Tiongkok, penduduk Bali dikenal ramah, budayanya yang unik dan pemandangannya yang indah. Dan juga tentu saja, Bali dianggap lebih murah dibandingkan berkunjung ke negara-negara di Eropa atau ke negara-negara maju lainnya.

Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, peringkat turis Tiongkok naik melampaui Jepang dalam memasok wisatawan yang melancong ke Bali. Negara ini pun menempati posisi kedua dari sepuluh negara yang warganya terbanyak berwisata ke Pulau Dewata. Menurut Kepala BPS, wisatawan Tiongkok menempati posisi kedua setelah Australia, sementara Jepang dari urutan kedua bergeser ke posisi ketiga. Ia mengatakan, wisatawan Tiongkok yang berlibur ke Bali berjumlah  128.134 orang selama empat bulan periode Januari-April 2013 atau meningkat 3,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 124.293 orang. Namun wisatawan yang berkunjung ke Bali tersebut masih terbilang sangat kecil jika dibandingkan jumlah warga Tiongkok yang keluar negeri untuk melakukan perjalanan wisata ke seluruh dunia per tahunnya yang mencapai 75 juta orang. Simak Semakin Banyak Turis China Melancong ke Bali.

Serbuan wisatawan Tiongkok ke Bali Harus dipertahankan, bahkan harus ditingkatkan. Untuk itu pemerintah, baik pusat maupun daerah, bersama komponen pariwisata harus berusaha yang lebih keras agar Bali tetap menjadi salah satu tujuan utama untuk berlibur. Melihat pola wisatawan Tiongkok yang senang bepergian, Duta Besar RI untuk RRT dan Mongolia, Soegeng Rahardjo menargetkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia hingga 2016 berjumlah 3 juta orang. Pak Dubes optimistis bahwa Indonesia dapat dikunjungi wisatawan asal Tiongkok dengan jumlah segitu, bahkan mungkin target bisa dicapai lebih cepat  asal gencar berpromosi. Simak 2016, Kunjungan Turis Tiongkok Ditargetkan 3 Juta Orang.

Seperti yang dikatakan Dubes Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, untuk menarik sebanyak-banyaknya turis Tiongkok datang ke Indonesia, khususnya Bali, maka pemerintah dan pengusaha industri pariwisata hendaknya tetap gencar melakukan kegiatan promosi supaya para calon wisatawan negeri itu lebih tertarik datang ke Bali. Selain itu tentunya harus diikuti oleh usaha transportasi yang memadai, dan juga pelayanan pemandu wisata yang mampu berbahasa Tiongkok, serta usaha-usaha lainnya yang membuat nyaman turis Tiongkok berlibur ke Bali sehingga mereka ingin kembali lagi ke Bali setelah kembali ke negara asalnya.

Namun dalam mengantisipasi serbuan wisatawan Tiongkok, kita pun harus tetap waspada. Jangan sampai misalnya, dengan memanfaatkan visa turis, mereka bisa bekerja seenaknya di Bali atau daerah Indonesia lainnya sehingga merebut kesempatan kerja bagi warga Indonesia yang masih banyak penganggurnya. (Tulisan lain, baca ibnupurna.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline