Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Emirsyah Mundur Dikala Garuda Rugi Besar

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14184406521740046648

Illustrasi Pesawat Garuda (foto Reuters).

Wajar kalau banyak masyarakat yang bertanya, terutama di media sosial, mengapa Dirut lama Garuda Emirsyah Satar mengundurkan diri dikala perusahaan BUMN ini sedang dirundung malang. Apakah Pak Emirsyah sebagai pilot utama Garuda ingin melompat dengan payung, menghindari terjun bebasnya pesawat Garuda yang menukik ke bumi. Pertanyaan semacam ini terus akan menggelayut selama masyarakat belum memperoleh penjelasan yang transparan dibalik mundurnya Emirsyah Satar sebagai Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Berdasarkan data dari koran Bisnis Indonesia (11/12/2014), Emirsyah Satar menjabat sebagai Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk  sejak Maret 2005. Prestasinya, a.l armada Garuda telah meningkat 3,3 kali lipat dari 2006 menjadi 169 unit hingga akhir 2014. Daya angkut penumpang meningkat 2,7 kali lipat menjadi 20,9 juta penumpang padankuartal III/2014. Daya angkut kargo juga melonjak menjadi 292.888 ton per September 2014. Sebenarnya ini suatu prestasi yang patut diapresiasi.

Hanya saja apakah prestasi tersebut akan bertahan lama apabila semuanya itu ditopang oleh biaya pengeluaran yang melebihi pendapatan yang diterima oleh Garuda. Per September 2014 ini, Garuda mengalami kerugian yang besar mencapai US$ 219,5 juta atau setara dengan Rp. 2,63 triliun, melonjak tajam lebih dari 1.300 % dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu US$ 15,01 juta.

Menurut Said Didu, mantan Sekretaris BUMN, selama ini pengelolaan operasional Garuda tidak efisien. Biaya produksi dan revenue Garuda Indonesia tidak seimbang. Disarankan manajemen baru Garuda harus memperlakukan efisiensi penerbangan untuk memperkecil beban produksi dan memperbesar pendapatan usaha (Koran Tempo, 13/12/2014).  Sementara itu menurut Komisaris Garuda Peter F Gontha, asal-muasal BUMN penerbangan ini mengalami kerugian adalah akibat pembelian pesawat dalam jumlah banyak pada 2009. "Yang datang 70 pesawat, ya tentu rugi," kata Peter di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (11/12/2014). Simak Peter Gontha ungkap penyebab Garuda rugi http://economy.okezone.com/read/2014/12/11/320/1078000/peter-gontha-ungkap-penyebab-garuda-rugi?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

Selain yang diungkapkan Said Didu dan Peter Gontha diatas, tentunya masih banyak alasan lain yang menyebabkan kerugian besar yang diderita oleh PT Garuda. Kerugian ini tentunya akan terus membengkak apabila tidak mampu ditangani dengan baik oleh manajemen yang baru. Inilah tugas berat dari Dirut Garuda yang baru, Arif Wibowo untuk meluruskan kembali pesawat Garuda yang sedang oleng agar tidak menukik kebawah.

Setelah Emirsyah Satar mengundurkan diri, meskipun belum waktunya, dan kemudian diganti oleh Arif Wibowo sebagai dirut Garuda yang baru. Lalu siapa yang bertanggung jawab atas kerugian yang diderita Garuda tersebut? Kalau tidak ada yang bertanggung jawab, saya khawatir model Emirsyah Satar ini akan ditiru oleh Dirut-dirut BUMN yang lain yang perusahaannya sedang mengalami kerugian. Oleh karena itu, sebaiknya Kemeneg BUMN menugaskan BPKP untuk melakukan audit investigasi guna mengetahui apa penyebab kerugian tersebut. Apabila memang penyebab kerugian tersebut akibat ulah direksi Garuda, maka bagaimanapun juga mereka harus mempertanggung jawabkannya. Tapi apabila kerugian tersebut akibat dollar naik misalnya, atau hal-hal lain yang diluar kendali manajemen, tentunya bisa dimaklumi. Mudah-mudahan saja, saran ini sudah dilakukan oleh Kemeneg BUMN. Semoga. (Tulisan lain, simak ibnupurna.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline