Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Simpul Pengikat

Diperbarui: 28 Oktober 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku tidak cukup yakin pada awalnya, namun aku hanya berusaha menyimpulkan apa yang sedang aku alami dan apa yang aku rasakan. Sedikit demi sedikit aku memilah ini dan itu kulihat kutelaah semua terasa berbeda. Aku berfikir ini hanyalah kekonyolan di kosongnya lembar keseharianku.

Sekalipun aku menyadari ini adalah kekonyolan namun aku sendiri menikmati cerita ini. Dan semakin bermain aku semakin tak ingin kembali pada keseharianku yang biasa kulakukan. Semua kesalahan adalah kebenaran bagiku. Hatiku buta seketika, tak ada keburukan dan kesalahan yang kulihat. Semua menjadi sempurna dan aku pun terhanyut kedalam lambaian susasana ini. Pada suatu ketika aku tersadar sejenak. Bukannkah ini buka duniaku ? bukankah aku harus mencari lemabaran-lembaran suci untuk kehidupanku ? bukankah aku mempunyai mimpi yang indah ? Entahlah, semua hilang seketika, sampai-sampai aku hampir kehilangan diriku sendiri. Ada sedikit keyakinan dalam diri yang membawa pada suatu hal yang menurutku selama ini bukanlah hal yang kuinginkan.

Kemudian aku melihat apakah ini benar-benar hal yang tidak ku inginkan atau inilah yang sebenarnya kuinginkan. Namun sedikit ininsudah terlalu jauh membawaku menjauhi singgasana yang ku dambakan. Kemudian sekali lagi aku menyimpulkan ini adalah hal yang wajar dan bukaanlah kesalahan setiap manusia mengalaminya. “Setiap manusia mengalaminya” jika itu benar apakah yang mereka alami ini adalah hal yang lumrah atau sudah menjadi jalan cerita kehidupan manusia di muka bumi ini atau ini adalah suatu kesalahan, penyakit yang sudah merenggut manusia sejak dulu hingga mereka tidak menyadari bahwa ini adalah sebuah penyakit yang menyerang mereka.

Ini benar-benar menjadi dilema dimana aku harus berdiskusi bersama lagi-lagi dengan diriku yang lain. Setiap hadir kesimpulan yang mengatakan ini adalah salah aku selalu membantah bahwa ini adalah kebenarannya sedang aku sendiri belum mengenal kebenaran itu sendiri. Aku sama sekali belum mendapatkan kebenarannya, karena setiap kebaikan yang kusimpulkan bukanlah kebaikan bagi yang lainnya. Bukankah kesimpulan didapatkan dari hasil dan pengakuan. Jika ini hanya dari diriku dan diriku yang lain maka tak ada kebaikan yang kulakukan, tapi hanya perlakuan goresan tanpa makna tanpa tinta.

Aku mencoba berdamai dengan perdebatan kali ini. Aku ikuti alurnya , ku nikmati proses yang terjadi. Dan beberapa kebiasaan baru kulakukan, “apakah ini kesalahan?” tidak ini hanyalah hal baru atau hal yang asing sehingga terasa ganjil. Kembali kujalani hari-hari yang berbeda ini lambat laun hal ini kujadikan tujuan hidupku. Mulai kutempatkan diriku disana dan mulai berbagi hal benar-benar mereka pandang baik.

Seolah-olah aku akan menempati puncak dari cerita ini. Kusimpulkan ini akan baik, aku melihat sesuatu yang sebanarnya kuciptakan sendiri agar tidak ada konflik dalam jiwa yang tertapa rapi ini. Waktu ke waktu aku menunggu saat itu, namun kesimpulan berbeda kudapatkan dari kondisi yang seharusnya tidak ku tutup-tutupi, semua begitu mengejutkan seolah-olah tumpukan lebaran cerita itu jatuh berserak dan menghempas ke tubuhku. Aku tak dapat mengelak, aku tidak dapat menyalahkan kesimpulan yang selalu buat sendiri.

Bukankah kekecewaan tak selamanya berdampak buruk dan kehancuran hingga kerapuhan, jika harus rapuh dan jatuh bukankah kita harus menopang dan mecoba bangkit. Aku hanya berfikir aku tidaklah sendiri aku bukalah kesalahan, aku bukanlah kebenaran , aku bukanlah keajaiban, atau aku adalah keindahan, aku bukalah salah satu dari itu, aku adalah semua dari itu, aku memiliki aku yang lain yang akan membantuku merapikan catatan ini, menggulungnnya dan mengikat dengan simpul yang indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline