Lihat ke Halaman Asli

Mbelgedess dengan Apapun Katamu

Diperbarui: 25 Maret 2016   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kamu adalah manusia yang diciptakan hanya sekali didunia ini.
tidak ada yang seperti kamu dari jaman awal manusia sampai akhir kisah manusia nanti.
lalu kamu masih membandingkan diri kamu dengan dunia orang lain?
kamu sangat kengangguren, banyak waktu yang bisa kamu gunakan
untuk membentuk dirimu seperti apa yang kamu mau,
daripada sibuk membandingkan ini itu dengan si anu si itu.
dunia ini bukan minimarket tempat kamu berjam-jam bandingin harga.

Semua yang kamu inginkan semesta ini sudah menyediakan, tinggal pilih
kamu mau mencarinya atau nunggu ketiban dari pohonya?
kelapa yang enak itu yang diambil dari pohonya langsung, bukan jatuhan dari pohon.
karena yang jatuh itu kalau gak sisa ya udah expired.

aku sendiri mulai menyadari ini saat aku sudah capek dengan permainan pikiran yang suka dengan perbandingan.
begitulah kita ini selalu mencari hal-hal yang baik saja, kadang-kadang mata kita perlu dikasih filter disambungan saraf ke otak.
supaya nggak seenaknya sendiri mencari yang pikiran kita inginkan.

apa yang akan kamu lakukan jika kamu grogi ketika naik panggung?
pastinya pikiranmu ruwet saat itu, nggak tau apa yang terjadi kog semua badan nggak mendukung kita.
itu terjadi karena pikiran kamu mulai memutar memory masa lalu kamu tentang rasa minder kamu, bagaimana kamu dulu
didepan kelas disoraki teman sekelas karena suatu kesalahan kecil, menjadi bahan tertawaan orang,
diomongin orang disekitar atau lingkungan kamu.
kamu nggak sadar kalau itu masih tertanam subur di dalam benak pikiran kamu.

aku yang dari kecil hidup dalam keluarga yang serba pas-pasan,
maksutnya pas-pasan pas mau bayar uang sekolah pas bapak gak ada duit.
pas pengen mainan bagus pas beras dirumah habis.
dari hal kayak gitu ternyata memori pikiran masih menyimpannya
dan dipartisi dengan file yang rapi banget persis kayak hardisk bagian keuangan,
sampai tanggal jam situasi, suhu udara, keadaan cuaca masih berasa banget.

sehingga menanamkan image diri sendiri kalau aku ini anaknya orang miskin gak punya apa-apa.
sampai-sampai mau bermain bareng temen aja mindernya tingkat semester akhir,
apalagi kalau deket temen cewek mindernya udah SP3 bentar lagi DO.
beberapa tahun sudah berlalu, saat itu aku sendiri sudah mulai terganggu
dengan perasaan yang suka minder yang kelewat batas, sampai pada akhirnya
aku tantang diriku sendiri dengan sedikit shock therapy, kalau kata motivator bagian psikologi
kita goreskan ke CD rekaman pikiran kita biar memorinya rusak.

waktu itu ada hajatan dikampung, dengan hiburan musik orkes, dari samping panggung
aku curi-curi komunikasi dengan pemandu acara untuk naik kiatas panggung.
ya, aku dipanggil untuk bernyanyi duet dengan penyanyi diatas panggung,
rasa deg-degan, demam panggung terasa sekali sampai ujung kaki.
semua pikiran ruwet tadi udah nggak aku urusin lagi, dengan keadaan seperti itu
mau nggak mau aku harus terima tantanganku sendiri.
selesai menyanyikan 3 buah lagu aku puas, karena aku berhasil menggoreskan rekaman memory dimasa lalu.
dan puluhan mata tak henti memandangku.

ini salah satu caraku membentuk diriku sendiri, bahagia itu tidak bisa diukur dengan semua hal yang kamu punyai.
tapi dengan cara coba rasakan apa yang berlebihan dikurangi, apa yang kurang ditambahi, dengan kemauan akan ada kesempatan.
lengkapi kehidupanmu dengan hal-hal yang positif menurut kamu, positif artinya mempunyai nilai manfaat lebih tinggi
daripada nggak bermanfaatnya. ini pesan orang tua dari jaman dahulu kala aku ingatkan jangan sampai lupa.

tulisan ini untuk mengingatkan diriku pribadi agar tidak menyerah belajar untuk kebaikan,
paling tidak baik untuk diri kita sendiri jika belum mampu untuk orang lain.
karena menjadi diri sendiri itu susah karena mata selalu tergoda dengan hal-hal yang menarik,
dan kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat, tidak melihat kesejatian dari suatu hal.

ditulis ibnu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline