Lihat ke Halaman Asli

Ibnu Fauzi

Anak Rantau

Ketika Sarung Merasakan Apa yang Kita Rasakan, bagai Empedu Lekat di Hati

Diperbarui: 14 Mei 2020   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Imbas adanya pandemi virus corona ini, rupanya tidak hanya manusia saja yang terkena dampak. Sarung pun ikut merasakannya. Biasanya, di bulan Ramadan tahun ini, tepatnya saat salat tarawih merupakan waktu berharga bagi mereka: Gajah Nongkrong, Atlastik, dan Wadimorotai. 

Salat tarawih bagi mereka adalah hari besar bagi ketiganya untuk, menjalin silaturahmi, saling bercanda gurau dan bertukar cerita setelah sekian lama tidak bertemu. 

Meskipun ada waktu-waktu yang lain seperti salat fardhu dan jum'at. Salat tarawih memiliki makna tersendiri bagi ketiganya. Sama seperti kita.

"Mor, motif elu tambah keren aja ya makin ke sini," ujar Gajah.

"Iya nih, Ah, elu juga Jah. Eh, Jah, liat tuh si Atlastik makin halus aja kayak abis facial," sambung Wadimorotai.

"Hehe. Ah, kalian bisa bae. Selfie dulu yuk kita sebelum cerita-cerita, 1, 2. 3, kiss," ajak Atlas. Di antara sarung-sarung yang lain, mereka bertigalah yang paling akrab.

Percakapan di atas sepertinya menjadi percakapan terakhir mereka pada Ramadan tahun lalu. Mengingat dalam kondisi pandemi seperti ini, di mana masyarakat diimbau untuk melaksanakan ibadah salat tarawih di rumah, mereka jadi tidak bisa bertemu.

Pada akhirnya, kita dan sarung memiliki harapan yang sama. Ya, bumi kembali pulih, agar sedih segera terkikis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline