Lihat ke Halaman Asli

Jawaban: Mahasiswa Indonesia di Mesir Tidak Ada yang Jadi Korban Keracunan

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanggapi berita yang beredar di media Indonesia, seperti Detik.com, tentang peristiwa keracunan mahasiswa Azhar di Mesir.

Azhar merupakan lembaga pendidikan tertua bergensi (memakai istilah Detik.com) yang masih eksis sampai saat ini, semenjak abad 10 M, telah memiliki sarana pendidikan mulai dari SD (ibtidaiyah), SMP (i`idadiy) , SMA(tsanawiyyah) , Universitas agama dan umum(pengetahuan dan sain)mulai dari strata satu hingga strata tiga (duktural).

Azhar yang merupakan sebuah masjid di awal mulanya, ketika masa Bani Fatimiyyah, yang didirikan oleh Jauhar Souqliy (JS) sebagai pusat penyebaran pemikiran Syi`ah. Namun, ketika masa Bani Ayyubiyyah, tepatnya ketika dikuasai oleh Khalifah Shalahudin al Ayubiy, azhar di alihkan kepada asal mula mazhab penduduk Mesir sebelum datangnya JS, yaitu mazhab Ahlussunnah wal Jama`ah (ASWAJA) yang mayoritasnya saat itu adalah mazhab Syafi`i ra.

Mulai saat itulah (sekitar abad 9 M) sampai saat ini, Azhar berpegang teguh pada pandangan ASWAJA dan mengkajisemua literature ilmu dengan sikap objektif.

Namun, akhir-akhir abad ini, tepatnya sejak abad 12 M, banyak pemikiran yang berseberangan dengan Azhar dan ingin menghancurkan eksistensi Azhar sebagai lembaga moderat yang produktif, agresif, dan progresif disegala lini keilmuan dan kehidupan.

Kemarin (1/4/2013) beredar berita tentang peristiwa keracunan mahasiswa Azhar di Mesir. Emang benar istilah itu, sebagaimana yang telah di pakai dalam redaksi Detik. Namun, karena berita itu di sebarkan lewat media Indonesia, setidaknya berita itu harus jelas dan tak menyisakan tanda tanya. Karena, tidak sedikit mahasiswa Indonesia (MASISIR) yang sedang menimba ilmu di negeri para nabi ini.

Setidaknya berita itu jangan hanya menyadur dari berita lain, semisal dari “Ahbar Youm” media berita Arab. Karena, jika berita itu beredar di media mereka itu sudah sangat maklum bahwa korban dalam peristiwa itu tak lain adalah mahasiswa Azhar yang berasal dari Mesir itu sendiri.

Setidaknya jika redaktor ingin mendekati kevalidan, ya, tanya saja dengan MASISIR yang masih berada di Kairo, kalau pengen gak modal besar. Kan, alat komunikasi sudah sangat canggih!. Bisa lewat twitter, facebook, yahoo, dan yang lainnya. Jangan hanya nerjemah dan nyadur berita media lain yang seharusnya butuh klarifikasi lanjutan untuk menghasilkan suatu kevalidan suatu berita.

Efek dari berita yang telah terlanjur beredar di media Indonesia, tanpa adanya klarifikasi lanjutan, menjadikan keluarga MASISIR di Indonesia cemas dan ketakutan akan keadaan anak mereka yang berada di sini, Kairo. Bahkan tak sedikit kawan-kawan dan keluarga saya yang menanyakannya dengan nada dan takut yang sangat kentara.

Perlu diketahui, Azhar memiliki dua asrama mahasiswa. Yang satu asrama khusus untuk mahasiswa pribumi, dan ini bertempat di Madinat Nashr, tepatnya di Hay Sadis. Dan, asrama berikutnya itu khusus untuk para pelajar asing dari sepenjuru dunia, dan asrama ini berada di Abasiyyah. Jarak antara Madinat Nashr dan Abasiyyah itu kurang lebih 7 KM.

Peristiwa keracunan itu terjadi di asrama mahasiswa pribumi, di Hay Sadis. Sehingga tidak satu pun korban itu yang berasal dari mahasiswa asing, apalagi dari mahasiswa Indonesia, MASISIR, gak ada!!.

Mungkin ini saja, klarifikasi dari saya tentang korban berita keracunan yang terjadi di Mesir ini. Yang sampai saat itu korban mencapai 561 orang mahasiswa Mesir. Karena musibah ini para pekerja kantin langsung di pecat dan banyak terjadi demonstrasi di Masyikhah, tempat keberadaan grand Syeikh bertugas, Syeikh Ahmad Thayib. Demonstran bahkan menuntut agar rector diturunkan dari jabatannya, yang notabene beilau adalah orang ASWAJA tulen. Bahkan berita yang beredar saat ini ada tuntutan dari pelajar Mesir supaya Prof. Dr. Ahmad Thayib turun dari jabatannya sebagai grand syeikh. La haula wala quwata, ini sudah jelas-jelas menjurus pada perang hawa nafsu. Dan, saya lihat para pendemo itu wajahnya asing-asing, alias mereka yang jarang menyeguk pelajaran di kampus karena gak berangkat kuliah.

Kembali pada tulisan awal. Jika jeli seakan ini ada permainan dibelakang layar untuk membrangus ASWAJA dari Azhar. Namun, selagi Allah dan ruh Khalifah Shalahudin al Ayubiy masih ada maka ASWAJA akan tetap tegak di tengan Azhar yang moderat ini.

Semoga berita ini dibaca oleh warga Indonesia, lebih-lebih keluarga MASISIR dari seluruh propinsi di tanah air, sebagai air segar atas kecemasan mereka kepada kami, anak-anak mereka. Kami adalah anak Anda, Indonesia, yang selalu mengharapkan kebaikan untuk negara tercinta.

NB: ulama besar Azhar rabu pagi tadi mengadakan konferensi membahas peristiwa ini. Kami, khususnya pribadi, sangat mendukung dan teruslah maju wahai grand syeikh, Dr. Ahmad Thayib. Jangan kasih para perusak ASWAJA merusak Azhar.

Ditulis oleh Syemsudin, sebagai jawaban kegalauan keluarga atas diri saya akibat berita media Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline