Lihat ke Halaman Asli

[Seri Islam #9]: Mengajak Shalat untuk Terlibat dalam Urusan Duniawi*

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengajak shalat untuk terlibat dalam urusan duniawi



Shalat biasanya disikapi oleh seseorang sebagai urusan akhirat. Ini sikap yang membuat ia memandang urusan dunia dan urusan akhirat terpisah secara tegas. Urusan kantor (bisnis) adalah urusan dunia, urusan shalat adalah urusan akhirat.

Shalat yang disikapi dengan cara seperti ini mempunyai potensi akan kurang optimal peranannya. Shalat tidak akan pernah dipandang mempunyai potensi sebagai bagian dari cara kita memecahkan masalah untuk urusan dunia. Shalat hanya sekedar kewajiban yang harus dilunasi sehari lima kali, habis perkara.

Paradigma terhadap shalat yang seperti ini bisa jadi merupakan akar dari kesulitan kita untuk bisa khusuk ketika menjalankannya. Kita tidak merasa membutuhkan shalat di luar keperluan akhirat. Bahkan ada kecenderungan shalat kita akan berlangsung secara mekanistik, gerakan dan bacaan akan lewat begitu saja.

Mungkin baginya akhirat adalah hal abstrak yang nun jauh di sana sehingga ia akan mengalami kesulitan menghadirkan shalat sebagai bagian dari aktifitas kehidupannya. Shalat dijalankan semata hanya sebagai pemenuhan kewajiban yang harus dikerjakan secara teratur.

Kalau sudah terlanjur demikian, adakah suatu cara sederhana agar kita bisa keluar dari lingkaran cara pandang seperti itu?

Mungkin saja ada caranya, Insya Allah. Hanya saja kita membutuhkan latihan. Latihan yang terbaik adalah dengan shalat sunah. Mulailah dulu dengan melibatkan shalat sunah untuk berbagai urusan duniawi kita.

Berikut ini sekedar ilustrasi kecil bagaimana cara melibatkan shalat ke dalam urusan duniawi kita. Sebagian dari kita akan berpendapat bahwa membaca dan menulis di Kompasiana adalah urusan dunia. Tapi melalui penataan hati kita bisa membikin ini menjadi urusan dunia dan akhirat sekaligus. Sebagai contoh, seorang Kompasianer setiap kali ia akan menulis di Kompasiana bisa dipastikan ia sudah shalat sunah dulu. Mungkin ia shalat dhuha, shalat tahajud, shalat witir, shalat hajat dsb, tergantung waktunya. Shalat sunah apa saja.  Sehabis shalat ia berdoa semoga tulisan yang dibuat bisa bermanfaat untuk orang banyak.

Latihan ini bisa diperluas untuk menghadapi setiap urusan/masalah kehidupan lainnya. Shalat sunah mendapat tempat untuk selalu mendampingi pemecahan masalah dalam kehidupan kita.

Inilah yang dimaksud dengan ungkapan mengajak shalat untuk terlibat dalam urusan dunia. Dimulai latihan dengan shalat sunah, namun lama kelamaan dampak dari latihan ini akan terasa di saat kita mengerjakan shalat fardu. Pada tahap ini akan dicapai tingkat kesadaran bahwa shalat sudah menjadi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan terhadap shalat agar kita bisa menatap kehidupan ini dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline