Lihat ke Halaman Asli

Menyelami Makna Segitiga Kehidupan dalam Cakrawala Islam dan Filosofis

Diperbarui: 23 April 2024   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar

Penulis : Muhammad Ibnal Randhi

Menyelami makna segitiga sebenarnya tidak hanya sebatas pada konteks matematika geometris atau hanya sekedar bangun datar biasa saja. Melainkan segitiga telah menjadi acuan manusia dalam menjalani berbagai macam metafora kehidupan. Simbolisme segitiga juga memiliki banyak background tafsiran bagi setiap orang, seperti makna spiritualitas, keeratan antar sesama manusia, tubuh, jiwa, sifat bahkan negara sekalipun tidak akan jauh dari esensi segitiga. Hal ini tidak diherankan bahwasanya segitiga berasal dari kata segitiga yang berarti memiliki tiga sudut yang saling terikat serta terhubung satu sama lain, dan secara fundamental memiliki empat sisi utama yakni atas, kanan, kiri, dan bawah.

Segitiga Dalam Islam

Pada dasarnya setiap manusia memiliki tiga unsur utama yang dimana unsur tersebut mencangkup semua unsur yang ada dalam diri manusia. Tiga unsur tersebut meliputi spiritualis (Tumpuan), intelektual (Kuasa), lalu emosional (Beban). Spiritual merefleksikan hubungan manusia (hamba) dengan Tuhan Sang Pencipta, maknanya segala sesuatu bertumpu pada satu zat yaitu Tuhan Sang Pencipta. Intekletual merefleksikan hubungan manusia dengan utusan Allah SWT yakni Nabi Muhammad SAW, maknanya Tuhan mengutus seorang Rasul untuk mengajarkan bermacam-macam hukum serta cara berpikir supaya Dia mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kepada jalan cahaya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an:

 QS. At-Talaq ayat 11: (Dan mengutus) Seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya.

Lalu pada QS. Ibrahim ayat 1: Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha terpuji.

Kemudian emosional merefleksikan hubungan manusia dengan manusia lainnya untuk senantiasa menjalanin keterikatan batin dan pikiran agar timbul rasa kebebasan dan keharmonian dalam sebuah kelompok.

Pembahasan mengenai inti manusia yang dirumuskan oleh tokoh satu diantaranya ialah Al-Syaibani dalam symposiumnya menerangkan bahwa bagian manusia terdiri dari tiga unsur utama yang mengendalikan bagian tubuh lain yang sama urgensinya yaitu akal, batin, dan jasmani. Tiga unsur ini digambarkan dalam laksana bangun datar berbentuk segitiga sama kaki.

Lalu timbul sebuah pertanyaan, manakah inti dari ketiga unsur tersebut? Apakah akal, batin, atau jasmani? disini kita perlu membuka cakrawala berpikir dan perasa kita untuk membantu manusia menemukan hakekatnya menjadi seorang manusia. Diemanasikan dalam Al-Qur'an Surah Al Hujurat ayat 14 mengatakan:

Orang-orang Arab Badui berkata, "Kami telah beriman. "Katakanlah (kepada mereka), "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah "Kami telah tunduk (Islam), "karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalmu. Sunggu, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline