Lihat ke Halaman Asli

Filsuf Introvert dari Yunani dan Pemikirannya (Heraklitus)

Diperbarui: 2 Januari 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.wbur.org

Muhammd Ibnal Randhi

Sebut saja sosok tersebut Herakleitos atau Heraklitus seorang filsuf yang hobbi berpikir sendiri pada zamannya. Tidak banyak peninggalan tentangnya yang masih tersimpan, tercatat pada sejarah ia lahir pada abad 500 SM di Epheus kota bagian Yunani. Heraklitus di kenal sebagai seorang filsuf yang senang menyendiri, berpikir sendiri, bahkan ia sering menangis dalam kesendiriannya dan memiliki sifat yang introvert. Dari kesendirinya tersebut ia mengemanasikan sebuah aliran Misantropik yaitu sebuah gagasan yang membenci manusia. Kenapa?

Asumsi Heraklitus terhadap manusia bahwa setiap manusia diberikan akal oleh Tuhan, namun manusia tidak ingin menggunakan secara individual, manusia lebih dipengaruhi dan mengikuti prinsip manusia lain. Butuh tindakan atau dorongan untuk membuat manusia mencari jalan hidup dan pikirnya sendiri, layaknya seekor binatang yang selalu mengikuti kawannya, selalu di suapi oleh majikan, dan diberikan sebuah tindakan agar binatang tersebut mau untuk mencari makanannya sendiri. Hal tersebut membuat Heraklitus memandang kerancauan pada diri manusia dikarenakan manusia tidak pernah ingin berpikir sendiri, selalu mengikuti jalan hidup manusia lain dan all hasil ia menyampingkan jalan hidupnya sendiri.

Heraklitus hidup setelah peradaban Pythagoras, oleh karnanya Heraklitus lebih condong dipengaruhi oleh gagasan Pythagoras yang bercorak metafisik. Karna ia dijuluki sebagai filsuf yang senang berpikir sendiri, Heraklitus menjadikan dirinya sebagai objek kajian dari proses renungan dan berpikirnya. Hal tersebut dilakukan secara terus-menerus, sampai suatu ketika ia merasakan suatu kejanggalan dalam dirinya. Heraklitus berkata "Apa yang saya pikirkan dan renungkan saat ini selalu berbeda dengan apa yang saya pikirkan dan renungan di kemarin hari". Dari kejanggalan tersebut, Heraklitus memiliki analitika bahwasanya segala sesuatu terus berubah setiap hari, bahkan setiap jam, menit, detik.

Pemikiran Heraklitus menjadi kontroversial pada dirinya dan saat itu juga ia lebih mentransendenkan hasil pikirannya terhadap aliran sungai. Ia mencoba menyeberangi sebuah sungai dengai air yang terus mengalir, kemudian ia mencoba lagi menyeberangi sungai yang sama untuk kedua kalinya. All hasil air sungai tersebut berbeda dengan air sungai yang diseberanginya waktu pertama kali, karna air sungai itu terus mengalir tanpa henti. Sama halnya dengan metode kerja alam semesta yang senantiasa terus berputar sesuai dengan porosnya. Lalu Heraklitus percaya bahwa segala suatu akan terubah, tidak ada yang bersifat tetap di dunia ini. Segala yang pasti dan mutlak di alam semesta ini adalah perubahan.

Namun tidak sampai disana, Heraklitus mulai kontemplatif kembali atas apa yang dikajinya. Timbul sebuah pertanyaan dalam pikirannya, apa yang menyebabkan segala sesuatu terus berubah?

Lalu ia mulai berdebat dengan pikirannya sendiri dan menemukan sebuah jawaban bahwasanya ketika tidak ada perdebatan atau pertentangan maka tidak akan muncul sebuah jawaban atau sesuatu yang baru di dalam pikirannya. Sehingga perubahan terjadi karna terdapat oposisi (pertentangan) dan harmoni (persatuan) yang membuat segala yang baru bermunculan. Seperti disaat manusia merasa kenyang, telah terjadi rasa lapar sebelumnya pada diri manusia. Sehingga intrpretasi dari rasa kenyang muncul rasa bahagia. Maka dari itu segala yang ada di alam semesta harus hidup beriringan untuk memunculkan sesuatu yang baru dari sebelumnya. Jika tidak terdapat oposisi dan harmoni, maka sesuatu yang baru tidak akan mengsubstansikan dirinya dan kehidupan akan menjadi monoton.

Dari pemikirannya terhadap segala sesuatu pasti berubah kemudian memunculkan wujud baru. Heraklitus memiliki konsepsi bahwa tasalsul alam semesta termasuk jiwa manusia bermula dari api. Ia menganalogikan bahwa sifat api ialah membakar segala yang dilewatinya, sehingga hasil bakarannya akan memunculkan wujud sesuatu yang baru dari bentuk semulanya. Begitupun dengan jiwa manusia yang fana itu baka, yang baka itu fana "kelahiran akan terjadi apabila terdapat kematian dan kematian akan terjadi apabila terdapat unsur kelahiran".

Epistemologi Heraklitus yang diabadikan dalam beberapa karangan buku salah satunya dalam buku Bertrand Rusell mengajarkan kepada para pembacanya bahwa dibalik manusia sebagai makhluk sosial, ia harus memiliki idealis sendiri dalam berpikir serta menemukan suatu hal baru bagi dirinya. Setiap manusia telah diberikan Akal yang suci oleh Tuhan untuk dimanifestasikan terhadap objek-objek yang ada di dunia. Agar manusia mampu menciptakan utopia dalam fisik dan jiwanya. Disamping itu juga segala sesuatu yang ada di alam semesta termasuk kehidupan didalamnya, akan terus berubah dan mengalir layaknya aliran sungai yang terus mengalir tanpa henti. Lakukan saja apa yang menurut itu baik, karna hal yang mutlak dan pasti akan terjadi adalah perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline