Lihat ke Halaman Asli

Ijinkan Aku Merindu

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entah sudah beberapa lama rindu ini masih ada di sini.

Di sini tidak pernah menghitungnya .

Tapi apa masih boleh di sini merindukan di sana?...

Tadinya keadaan di sini gaduh penuh keramaian suara teriakan sayat menyayat tentang bayangan.

Rusuh meributkan mengenai lelaki yang mencintai hujan, stasiun kereta, senja, laut, dan monyet.

Monyet? yah, katanya semua kekasihnya adalah "Monyet". Bah! Bahasa kasar bukan? Tidak, tidak seperti itu, dia membela diri. 'Aku cinta monyet, karena dia patut untuk dipelihara apalagi diberi kasih sayang", kata pria itu.

"Terkdang juga Monyet itu suka iseng dan jahil dan pastinya menyebalkan," lanjut dia.

"Jadi semua kekasihmu kau anggap Monyet?"

"Tidak semua. Hanya kau yang ku anggap kalajengking."

"Hah..Maksudnya?"

"Kau melangkah pelan. Bisamu adalah racun. Pelan-pelan kau gigit kulitku, hingga aku beracun."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline