Lihat ke Halaman Asli

Pengakuan Seorang Pendosa

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat semuanya tertidur lelap. Tiba-tiba mata ini terbuka, perasaan khawatir menyelimuti diri ini seraya itu sesuatu hal yang nyata yang akan terjadi nantinya. Air mata menetes mengingat hal itu... Tetes demi tetes menjadi salah satu saksi.
Hamba hanya manusia yang penuh dosa penuh dengan dosa Hamba ingin sekali mendekatkan diri kepadamu Wahai Tuhanku Hamba sadar atas apa yang Hamba lakukan bukan pahala yang Hamba cari dan bukan ke Ridho-Mu yang Hamba dasari melainkan dosa dan kesenangan dunia yang semata.
Hamba mohon ampun atas apa yang hamba lakukan selama ini tapi diri ini merasa malu ketika Hamba memohon, ketika hamba merasakan kesenangan dunia pikiran dan hati ini lupa akan siapa engkau Ya Allah dan ketika Hamba merasakan kesusahan, penderitaan Hamba baru sadar siapa engkau Ya Allah, wahai Tuhanku.
Ampunilah Hamba yang penuh dosa ini Wahai Tuhanku.
Hamba sadar akan diri Hamba.
Hamba berlumuran dosa-dosa besar.
Dosa hamba setara atau bahkan lebih dari apa yang Hamba pikirkan.
Apakah Hamba pantas dapat ampunanmu Ya Allah ?
Atau...
Hamba hanya pantas dapat Azabmu Ya Allah ?
Wahai Tuhanku... Ya Allah yang Maha Mulia.
Ampunilah dan terimalah taubat Hamba Ya Allah.
Hanya kepadamulah Hamba memohon.
Hanya kepadamulah Hamba bertaubat.
Engkaulah yang dapat melakukannya Ya Allah.
Tiada Tuhan selain engkau Ya Allah.
Hanya engkaulah Ya Allah yang dapat mengampuni Hamba.
Jika tidak...
Kepada siapa lagi Hamba memohon ampunan.
Kalau bukan kepada engkau Tuhanku Ya Allah...
Hanya engkau Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...

Pikiran dan ingatan menjadi saksi akan apa yang terjadi pada hamba, mata dan tetesan air mata menjadi saksi akan dosa-dosa Hamba, Mulut dan makhluk yang mendengarnya akan jadi saksi pengakuanku kepada Tuhanku yang Maha Mulia.
Mimpi, tragedi hidup, dan diri ini menjadi bukti bahwa ketika diri ini dilanda penderitaan baik itu lahiriyah maupun bathiniyah dengan seketika hati dan pikiran langsung mengingat kepada Allah yang Maha Mulia dan dimulailah pendekatan kepada Allah.
Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline