Selama 24 jam terakhir saya berulang kali menarik napas dalam-dalam setiap membuka beranda laman Facebook milik saya. Entah untuk beberapa kalinya mata saya terbentur foto-foto mengerikan yang dishare oleh teman-teman Facebook saya. Ada 3 orang yang mensharenya langsung dan ada 2-3 teman lainnya yang ditag oleh temannya sehingga gambar-gambar serupa kembali hadir di beranda saya.
Foto-foto itu begitu mengerikan. Ada foto yang menggambarkan kepala yang terpisah dari badannya, ada yang menggambarkan potongan tangan, ada yang menggambarkan potongan kaki dan lainnya.
Melihat beranda Facebook saya seperti itu, beberapa kali saya bertanya pada diri sendiri. Apa tujuan teman-teman saya menshare gambar-gambar mengerikan itu? Apakah sekedar membagi informasi berita ataukah ada yang lainnya?
Yang saya kuatirkan mereka tidak bertujuan untuk berbagi informasi melainkan hanya untuk memamerkan apa yang mereka ketahui atau hanya sekedar mendapatkan banyak Like dan banyak Komentar. Mudah-mudahan tidak seperti itu yang terjadi.
Tapi soal foto-foto sadis yang beredar di Facebook, saya pikir itu lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Dalam pemikiran saya, bila saya diminta untuk menshare foto-foto korban bom, meskipun saya dibayar (entah berapa) maka saya tidak akan bersedia. Saya punya 3 alasan untuk tidak melakukannya yaitu :
1.Foto-foto sadis akan mempengaruhi psikologis bagi mereka yang melihatnya. Beranda Facebook tidak punya batasan umur. Terkadang Beranda kita juga bisa dilihat oleh kalangan anak-anak yang belum dewasa. Ini tidak mendidik sama sekali.
Secara psikologis bagi yang tidak kuat mentalnya, aAda yang langsung ketakutan dan menimbulkan trauma untuk mendatangi tempat-tempat tertentu. Ada juga yang ketakutan dengan kelompok-kelompok tertentu dan ada yang terprovokasi emosinya dan bisa saja menuduh orang lain atau kelompok masyarakat secara sembarangan.
2.Alasan Kedua ialah yang menshare foto-foto korban bom itu terkesan tidak punya empati pada keluarga korban. Bagaimana rasanya kalau ternyata diantara korban yang lepas kepala atau kakinya merupakan keluarganya? Iklas tidak dirinya bila ada temannya atau orang yang sok lebay menshare foto keluarganya yang jadi korban di media-media social?
3.Dan Alasan ketiga adalah Foto-foto itu malah menyenangkan untuk kelompok pelaku teroris. Mereka malah mungkin akan membanggakan keberhasilan mereka. Kelompok mereka semakin terkenal dan ditakuti.
Bahwa yang namanya Teroris itu orang-orang yang memiliki kelainan jiwa. Semakin besar peristiwa yang diakibatkan terror mereka maka mereka akan semakin bangga. Dengan demikia para pengguna media social yang menshare foto-foto korban terror sebenarnya ikut membantu memotivasi keberadaan kelompok-kelompok teroris.
Semoga kawan-kawan yang ada bisa memahami bahwa apa-apa yang dilakukannya di media social bisa saja berdampak pada hal-hal yang lebih besar dan buruk tetapi dirinya tidak mengetahuinya maupun menyadarinya.