Berpikir adalah proses mencari sesuatu yang belum diketahui atau dikenali berdasarkan sesuatu yang sudah dikenali melalui penalaran sehingga diiperoleh (Pardede, 2022). Di era informasi yang semakin berkembang, di mana berbagai pendapat dan klaim bertebaran, kemampuan berpikir kritis menjadi keterampilan yang sangat penting. Masyarakat modern dihadapkan pada lautan informasi yang datang dari berbagai sumber, mulai dari media sosial hingga jurnal akademis. Logika berpikir sebagai kerangka dasar, dalam menilai kualitas suatu argumen, menjadi fondasi penting dalam pengembangan pemikiran kritis. Konsep-konsep seperti logisme, silogisme, dan falasi melatih untuk menganalisis argumen secara sistematis dan menghindari kekeliruan dalam berpikir. Logisme membantu untuk memahami rangkaian penalaran, silogisme menuntun dalam menyusun argumen yang baik, dan falasi mengajarkan cara mengenali kesalahan dalam penalaran. Ketiga konsep ini memjadi alat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menghadapi tantangan informasi yang kompleks.
Logisme adalah metode penyusunan pemikiran berdasarka aturan logika yang ketat. Dalam logika formal, argumen-argumen disusun dalam bentuk proporsi yang saling terkait untuk menghasilkan kesimpulan yang benar. Logisme menciptakan struktur berpikir yang logis, di mana premis-premis yang benar akan menghasilkan kesimpulan yang valid. Hal ini penting dalam menyusun argumen yang tidak hanya meyakinkan, tetapi juga koheren dan konsisten secara logis. Contoh sederhana dari logisme adalah penggunaan aturan modus ponens di mana jika premis pertama (jika A maka B) benar, dan premis kedua (A) benar, maka kesimpulan (B) juga benar.
Silogisme merupakan bagian dari logika. Silogisme berasal dari bahasa Yunani “syillogismos” yang merupakan penggabungan, penalaran dari syn yang berarti dengan atau bersama dan logizesthai yang berarti menggabungkan atau penyimpulan dengan penalaran (Rohmadi, 2020). Jadi dapat dikatakan bahwa silogisme adalah bentuk argumen deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Silogisme memainkan peran penting dalam berpikir kritis karena membantu menyusun argumen secara sistematis. Dalam silogisme yang valid, kesimpulan ditarik berdasarkan hubungan logis antara dua premis. Namun perlu diketahui bahwa sebuah silogisme yang valid tidak selalu menghasilkan kebenaran objektif. Validitas silogisme hanya berarti bahwa kesimpulan mengikuti secara logis dari premis-premis yang diberikan. Jika salah satu atau kedua premis salah, kesimpulan yang valid secara logika bisa saja salah dalam kenyataanya. Dengan menggunakan silogisme, argumen menjadi lebih terstruktur dan lebih mudah dipahami, serta memungkinkan kita untuk mengevaluasi dan menilai kekuatan argumen dengan lebih baik.
Di sisi lain, falasi adalah kesalahan berfikir yang dalam bahasa asing di sebut fallacy. Kesalahan berfikir adalah kekeliruan penalaran yang disebabkan karena menyimpulkan yang tidak benar dengan melanggar ketentuan-ketentuan logika atau susunan dan penggunaan bahasa serta penekanan kata-kata secara sengaja atau tidak sengaja (Listiana, 2019). Falasi sering muncul dalam argumen yang tampaknya meyakinkan, namun jika diperiksa lebih dekat, argumen tersebut memiliki cacat logis. Falasi dapat mengganggu proses berpikir kritis karena menyesatkan orang ke dalam kesimpulan yang salah.
Pemahaman tentang logisme, silogisme, dan falasi sangat penting karena memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan pemikiran kritis. Dengan kemampuan berpikir kritis yang baik, seseorang tidak hanya dapat menjadi penalar yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi dalam percakapan yang lebih cerdas dan produktif. Dalam konteks pendidikan, pemahaman tentang logika berpikir dapat membantu siswa memproses informasi dengan lebih cermat, dan meningkatkan kemampuan analisis. Logisme, silogisme, dan falasi adalah tiga konsep penting dalam logika berpikir yang menjadi landasan berpikir kritis. Di tengah arus infprmasi yang cepat dan seringkali membingungkan, kemampuan untuk membedakan argumen yang valid dari yang menyesatkan adalah keterampilan yang sangat berharga. Berpikir kritis bukan hanya tentang memecahkan masalah secara rasional, tetapi, juga tentang menjaga integritas intelektual dalam menghadapi berbagai argumen. Pemahaman yang mendalam tentang logika tidak hanya membantu membuat keputusan yang lebih baik, tetapi juga mempromosikan diskusi yang lebih sehat dan argumentasi yang lebih kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Listiana, A. (2018). Logika. Media Ilmu Press
Pardede,L. (2022). Filsafat dan Logika. CV Literasi Nusantara Abadi
Rohmadi, Y. (2020). Dasar-Dasar Logika. EFUDEPRESS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H