Setelah lelah berjuang menyelesaikan revisian skripsi selama seminggu, saya butuh yang namanya menepi untuk mengisi kembali motivasi yang mulai terkuras oleh dosen yang demen banget nyoret-nyoret kertas skripsi saya. Suntuk gak tau mau ngapain, akhirnya saya ngajak teman-teman buat ngumpul dan bersantai ria menikmati hari di salah satu tempat favorit saya buat menenangkan diri, Rumah Gadang Sungai Baringin.
Mengapa Rumah Gadang Sungai Baringin? Yang pertama, tempatnya masih satu kota sama rumah saya, Payakumbuh. Kedua, tempatnya asri plus tenang dari keramaian dan kemacetan apalagi dari harapan palsu yang terus menyakiti hati dan perasaan ini. Ketiga, karna saya pengen menenangkan diri! xxx...
Rumah Gadang Sungai Baringin berlokasi di Nagari Sungai Baringin, Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Rumah Gadang ini hanya berjarak sekitar 10-15 menit dari pusat Kota Payakumbuh. Menurut sejarahnya, Kompleks Rumah Gadang Sungai Baringin ini dibangun di atas lahan seluas +/- 3 hektare oleh mendiang Nasrul Chas, seorang pengusaha kaya yang juga pendiri dari Hotel Pusako Bukittinggi. Rumah Gadang ini diresmikan keberadaannya pada tanggal 9 Januari 1994 oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi yang saat itu dijabat oleh Joop Ave.
Saat kami sampai, lokasinya cukup sepi karena memang tak semua orang tahu dengan keberadaan Rumah Gadang ini. Untuk biaya masuknya, cukup dengan menggelontorkan dana sebesar Rp. 5000,- untuk dewasa, dan Rp. 3000,- untuk anak-anak dan gak perlu korupsi Ferguso!.
Berdasarkan prasasti yang saya baca di depan Rumah Gadangnya, bangunan Rumah Gadang Sungai Baringin ini dipersembahkan untuk anak cucu Minangkabau. Wowwww! Sejarah yang keren banget dah! Ntar kalau saya jadi orang kaya, saya bakalan buat yang kek gini juga!
Sebagai rumah adat dan ciri khas daerah Sumatera Barat, Rumah Gadang Sungai Baringin juga memiliki keunikannya tersendiri. Dinding-dindingnya terbuat dari kayu jati dan dihiasi dengan berbagai motif ukiran unik khas Minangkabau seperti itiak pulang patang, saik galamai, dan kaluak paku. Di tengah-tengah bagian depan bangunan Rumah Gadang terdapat dua tangga menuju sebuah serambi yang menjorok ke luar. Keunikan lainnya dari Rumah Gadang Sungai Beringin adalah adanya 9 buah tiang penyangga. Tiang-tiang ini menandakan bahwa di dalam rumah ini terdapat 9 buah ruangan seperti tempat penyimpanan, alat rumah tangga dan juga aula. Tak jarang pula masyarakat memanfaatkan aula untuk acara resepsi pernikahan saya.
Sementara di halaman Rumah Gadang terdapat dua lumbung padi yang kece badai yang bagi orang Minang disebut dengan rangkiang.
Di tengah-tengah lapangan terpasang sejumlah ubin berwarna coklat yang membentuk segi delapan (saya benar gak ya?). Area tersebut dinamakan dengan medan nan bapaneh. Kalau dalam bahasa Indonesia artinya medan yang terpapar oleh panas, alias lapangan luas. hihi
Medan nan bapaneh ini berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan berbagai pementasan berbagai karya seni seperti drama, tarian, musik, dan sebagainya.
Salah satu hal yang membuat saya tertarik untuk datang kesini adalah karena lokasinya yang berada di sekitar area pesawahan, jadi bakalan adem dan tenang banget deh pokoknya! Cocok buat kamu yang pengen menenangkan pikiran karna galau ditinggal pasangan. xxx...
Sebuah tempat yang damai dan tenang untuk menghabiskan hari dan mengisi kembali inspirasi yang memudar selama sepekan ini. Happy day!